jpnn.com, KABUL - Murtaza Ahmadi sempat jadi buah bibir pada 2016. Fotonya menghiasi media dalam dan luar negeri gara-gara "jersey" kresek garis-garis biru putih bertulisan Messi. Selain berhasil menarik simpati idolanya, ketenaran itu juga membuat dia diburu Taliban.
Ahmadi menekuk wajahnya. Bocah 7 tahun itu menendangi batu-batu sekepalan tangannya. Dia ingin bermain sepak bola. Sayang, itu tidak mungkin lagi dia lakukan.
BACA JUGA: Afghanistan Siap Berdamai dengan Taliban
Dia tidak lagi ada di tempat tinggalnya di Distrik Jaghori, Provinsi Ghazni, Afghanistan. Sejak November, keluarganya terpaksa pindah ke Kota Kabul. Ibunya juga melarang dia keluar rumah.
"Kami tidak membawa barang-barang. Hanya nyawa kami yang tersisa," ujar Shafiqa, ibunda Ahmadi, seperti dilansir The Strait Times kemarin (6/12).
BACA JUGA: Gaji Lionel Messi Tertinggi, tapi Cristiano Ronaldo Terkaya
Shafiqa lantas bercerita tentang petaka di area tempat tinggalnya pada November lalu. Malam itu dia mendengar baku tembak sengit. Shafiqa takut. Bersama keluarganya, dia melarikan diri. Mereka bersembunyi dalam kegelapan. Kira-kira ada 4 ribu keluarga yang melakukan hal yang sama.
Jaghori adalah distrik yang sebagian besar penghuninya adalah etnis Hazara. Mereka juga dikenal sebagai pengikut Syiah yang taat. Tidak terkecuali keluarga Ahmadi. Karena itu, Taliban menjadikan mereka sasaran serangan. Taliban yang mengklaim sebagai kelompok Sunni radikal selalu memusuhi orang-orang Hazara.
BACA JUGA: Jika Seperti Itu, Inter Milan akan Kalah 0-18 dari Barcelona
Saking paniknya, Shafiqa maupun Ahmadi tidak ingat dengan jersey dan bola kenang-kenangan dari Lionel Messi. Selama berhari-hari, bersama ribuan penduduk yang lain, mereka berlindung di sebuah masjid di Kota Bamiyan. Enam hari kemudian, mereka tiba di Kabul.
Kini, setelah aman, Ahmadi teringat pada "harta"-nya. Jersey dan bola bertanda tangan Messi. "Saya menginginkan itu semua," ujarnya. Shafiqa tak bisa berbuat apa-apa. Dia jelas tidak bisa menuruti keinginan putranya. Membayangkan Ahmadi bermain tanpa diawasi saja, dia sudah ketakutan.
Sejak menjadi pemberitaan media sekitar dua tahun lalu, Ahmadi jadi incaran Taliban. Juga, para penjahat. Taliban membenci olahraga.
Karena itu, saat mendengar kabar tentang Ahmadi yang begitu menggilai sepak bola, bahkan sampai bertemu langsung dengan idolanya, Taliban murka. Mereka langsung menjadikan bocah ingusan itu target serangan.
"Jika berhasil menangkap (Ahmadi, Red), mereka akan memutilasinya," ungkap Shafiqa tentang ambisi Taliban. Kengerian terlukis jelas di wajahnya saat bercerita tentang Taliban dan ancaman-ancamannya.
Teror demi teror itu membuat Shafiqa melarang Ahmadi keluar rumah. Bahkan, sekadar bermain dengan teman-teman di luar rumah saja, Shafiqa tidak mengizinkan. Dia takut Ahmadi diculik dan dibunuh. Karena itu, saat mengungsi dari Jaghori pada bulan lalu, Shafiqa terpaksa menutup wajah Ahmadi agar tidak dikenali.
Sebelum tempat tinggalnya porak-poranda karena serangan Taliban pada November, Shafiqa dan keluarganya sempat hendak kabur ke Pakistan. Tepatnya, ke Kota Islamabad atau Quetta. Tapi, upaya tersebut sia-sia. Mereka selalu kehabisan uang sebelum sampai tujuan.
Kini mereka ada di Kabul. Mereka menyewa sebuah ruangan sebagai tempat tinggal. Kabar terakhir menyebutkan bahwa pasukan pemerintah telah berhasil memukul mundur Taliban dari Kaghori. Namun, Shafiqa tidak mau ambil risiko.
Lantas, apa kata Ahmadi? "Saya rindu Messi," ungkapnya. Messi yang dia maksud adalah jersey dan bola yang telah dibubuhi tanda tangan pemain sepak bola dunia tersebut. Ahmadi ingin pulang ke Jaghori. Dia ingin mengambil Messi. Dia ingin main sepak bola lagi. (sha/c10/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Kabar Baik Buat Suporter Barcelona
Redaktur & Reporter : Adil