Produsen makanan Indonesia, Garuda Food, mengisyaratkan tidak tertutup kemungkinan pihaknya akan membeli kacang dan kacang kedelai dari Northern Territory, Australia.
Garuda Food adalah produsen makanan dengan turnover tahunan dilaporkan mencapai 600 juta dollar.
BACA JUGA: Sedang Dikembangkan Aplikasi Telepon Untuk Lengkapi Tur ke Kuburan
Menurut Hartono Atmadja dari Garuda Food, kebanyakan bahan baku mereka saat ini diimpor dari Amerika Serikat, India dan Brasil.
Namun ia menyatakan, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk mengimpor bahan baku dari Australia.
BACA JUGA: Australia Seharusnya Terima Lebih Banyak Pengungsi
"Kami masih mengimpor bahan baku seperti gandum, jagung, kedelai dan gula," katanya kepada ABC di Darwin. Ia berada di ibukota Northern Territory guna menghadiri sebuah konferensi tentang masa depan pangan.
"Sekitar 40 persen kebutuhan kacang dipasok dari Indonesia sendiri, selebihnya diimpor terutama dari India karena jenis dan kualitasnya," jelasnya.
BACA JUGA: Di Perth, Mobil Penyapu Jalan Pun Ditilang
Namun prospek pasar kacang di Indonesia, menurut CEO Peanut Company of Australia, John Howard, masih merupakan peluang jangka panjang.
"Pada umumnya mereka membutuhkan kacang jenis Spanish yang lebih kecil, dan sedikit ditanam di Australia," katanya.
Meski demikian, Howard menyambut baik peluang tersebut. Ia menyatakan, kalangan industri di Australia perlu memikirkan ulang budidaya kacang yang ada saat ini, jika ingin mengisi peluang pasar di Indonesia.
Hartono mengatakan, meskipun jenis kacang yang dibutuhkan di Indonesia sangat sedikit jumlahnya yang dibudidayakan di Australia, namun hal ini bisa diatasi.
"Kami perlu mengubah perilaku konsumen jika akan menggunakan jenis kacang dari Australia atau China," jelasnya.
"Kita perlu memperkuat hubungan antara petani kedua negara, kalangan bisnis dan pemerintah," tambah Hartono.
"Saya ingin hubungan Northern Territory dan Indonesia semakin kuat," katanya.
Sementara itu pakar ekonomi pertanian Professor Bustanul Arifin, yang juga hadir di konferensi itu menyatakan, ada peluang bagi Indonesia untuk membeli produk Australia di luar daging sapi dan gandum.
Namun ia menekankan produk apapun itu, haruslah memenuhi ketentuan yang berlaku.
"Sepanjang permintaan bisa dipenuhi, harga cocok, diproduksi secara efisien, dan Indonesia tidak memilikinya, saya kira pemerintah Indonesia akan mendorong kalangan bisnis untuk mencarinya dari luar," kata Prof. Bustanul.
"Namun pemerintah saat ini menekankan perlunya swasembada sektor pangan," tambahnya.
Sementara Howard juga skeptis mengenai kemungkinan Australia menjadi pemasok kedelai ke Indonesia karena jumlah produksinya di Australia sendir sangat kecil.
BACA ARTIKEL LAINNYA... 200 Warga Australia Jadi Sukarelawan Atasi Virus Ebola