Gaya Politik Jakarta Tak Bisa Untuk Pilkada Jabar

Kamis, 25 Oktober 2012 – 16:34 WIB
JAKARTA-Gaya politik di Jakarta tidak bisa diterapkan dalam  pemilihan gubernur Jawa Barat. Karena  secara kultur budaya, etnik maupun sosial karakter yang ada, benar-benar berbeda. Sehingga jika tidak memerhatikan hal-hal ini, mustahil pasangan calon yang diusung partai politik dapat memenangkan hati masyarakat.

Menurut Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid, ada beberapa hal yang sangat homogen di Jawa Barat. Mulai dari sisi etnis, suku Sunda  mendominasi. Sementara dari sisi agama, Islam benar-benar  mayoritas.

"Jadi  karakteristik pemilihnya, juga tentu akan sangat berbeda. Makanya saya kira  euforia Pilkada (pemilihan kepala daerah,red) di Jakarta, tidak bisa  dicopy-paste dan dibawa sepenuhnya ke Jabar,"katanya di Jakarta, Kamis (25/10).

Fakta lain, dari sisi geografis, Jabar juga sangat berbeda dengan Jakarta. Di bumi Parahyangan kata Husin, terdapat 26 kabupaten/kota. Dimana  jumlah penduduk yang ada mencapai 48 jutaan, dengan jumlah pemilih sekitar 40 juta.

"Dengan geografi yang begitu luas, tentu memerlukan sebuah mesin politik yang kuat dari sisi jaringan, baik partai, maupun jejaring lainnya, seperti relawan dan LSM. Dan itu butuh dana yang kuat,"katanya.

Oleh karena itu untuk pilgub Jabar, parpol menurut Husin, harus benar-benar selektif. Dan harus benar-benar memerhatikan segala aspek yang ada. Mulai dari popularitas, kompetensi, integritas dan pengalaman.

"Karena itu, bila ada tokoh yang popularitasnya belum tinggi, riskan juga. Minimal popularitas itu 65 persen. Sebab tingginya popularitas belum tentu berbanding lurus dengan tingkat kesukaan apalagi, tingkat elektabilitas,"katanya.

Pencitraan lewat media massa saja menurutnya, tidak cukup. Hal ini mengingat  geografis yang cukup luas. Dan lagi masyarakat Jabar juga mayoritas belum  melek informasi.

"Kalau Jakarta kan cakupannya kecil. Jadi pencitraan lewat media, bisa cukup efektif. Tapi di Jabar itu  terdapat 90 persen masyarakat yang belum begitu melek dengan berita-berita politik lewat media," ujarnya.

Karena itu, ia menilai mencuatnya nama Teten Masduki, yang banyak dikatakan sebagai kelanjutan dari efek Pilkada Jakarta, belum begitu kelihatan kuat kansnya. Partai menurutnya harus benar-benar menghitung popularitas dari aktivis anti korupsi tersebut, apakah memang  sudah dikenal masyarakat Jabar secara luas.

"Jangan-jangan hanya dikalangan tertentu saja, menengah atas yang melek media," ujarnya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Provinsi Kaltara dan 4 Kabupaten Baru Disahkan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler