Gegar Otak, Picu Afasia

Sabtu, 28 April 2012 – 12:17 WIB

DALAM bahasa medis, afasia merupakan gangguan kemampuan berbahasa, seperti adanya pengulangan, perpanjangan, serta blocking pada saat berbicara. Ini bisa terjadi karena adanya gangguan psikososial atau sebab lain yang mengganggu fungsi organ bicara. Salah satu pemicu afasia adalah gegar otak.

“Penyebab cedera otak pada umumnya disebabkan karena kelainan pembuluh darah. Kelainan tersebut juga dapat dinamakan pendarahan otak, gangguan pembuluh darah otak, atau gegar otak karena terjadinya kecelakaan lalu lintas,” ujar ahli terapis wicara, Abdul Karim AMd TW SPd, dari RS Hermina Palembang.

Otak membutuhkan oksigen dan glukosa untuk dapat berfungsi. Jika terjadi gangguan, maka sistem aliran darah otak akan terganggu. “Bagian otak yang berfungsi untuk kemampuan berbahasa adalah sisi kiri otak. Itulah sebabnya, jika otak sisi kiri kita terganggu, maka kemungkinan akan mempengaruhi komunikasi kita,” ungkap Abdul Karim.

Masih menurut Karim, permasalahan yang sering timbul jika mengalami afasia, antara lain kelumpuhan separuh badan. Penderita afasia biasanya mengalami kelumpuhan separuh tubuh sebelah kanan dan pengontrolan otot-otot pada satu sisi tubuh rusak. “Dapat juga mempengaruhi proses menelan pada saat makan dan minum karena cedera otak ini dapat menyebabkan kelumpuhan otot mengunyah dan menelan, serta kelumpuhan hingga mati rasa di pipi,” terangnya.

Selain itu, juga berpengaruh terhadap daya ingat seseorang. Karena untuk dapat mengingat informasi, bahasa memainkan peran penting. Kesulitan menggunakan bahasa seolah-olah ingatan tidak lagi bekerja dengan baik. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini jika penderita belum mengalami tingkat keparahan, maka dapat dilakukan terapi.   

“Seperti terapi wicara untuk membantu berkomunikasi. Tetapi bila cedera pada otak dalam dengan tingkat yang cukup parah, maka sebaiknya lakukan penanganan dengan menggunakan dokter yang ahli dalam bidangnya. Diharapkan, pihak keluarga penderita harus ekstra sabar karena melakukan pembicaraan dengan penderita afasia menuntut banyak waktu,” tukasnya. (cj6/ce4)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Miskin Tak Perlu Lagi Takut Cuci Darah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler