jpnn.com, JAKARTA - Ekonom sekaligus Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2014-2016 Bambang Brodjonegoro membeberkan penyebab pelemahan rupiah terhadap USD beberapa waktu belakangan.
Hal itu diungkapkan dalam diskusi "Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI" yang diselenggarakan oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter secara virtual di Jakarta, Senin.
BACA JUGA: Hasto Sebut Jokowi Mengincar Kursi Ketum PDIP dari Megawati
Seperti diketahui, kurs rupiah melemah di atas Rp 16 ribu per USD, bahkan diprediksi bisa mencapai Rp 17 ribu per USD.
Menurut Bambang, pelemahan rupiah disebabkan oleh melesetnya spekulasi pasar terkait kebijakan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed.
BACA JUGA: Panen Kursi DPRD di Pemilu 2024, Golkar DKI Gelar Syukuran
Bambang menyebut pasar mengira bahwa The Fed akan segera menurunkan tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat, namun hingga saat ini The Fed masih belum memutuskan kebijakan tersebut.
Bahkan, rupiah telah melemah sebelum adanya serangan Iran ke Israel pada Sabtu malam (13/4) karena USD terus menguat dibandingkan mata uang lain.
"Saya sendiri memprediksi The Fed tidak mungkin menurunkan suku bunga sampai tengah tahun ini karena tingkat inflasi AS masih di atas target. Intinya secara eksternal kita akan menghadapi tantangan serius. Ini bisa membuat rupiah tertekan," kata Bambang.
Bambang mengatakan kondisi eksternal menjadi penyebab utama nilai tukar rupiah mengalami pelemahan.
Pascaserangan Iran ke Israel, Bambang memprediksi The Fed justru akan mempertahankan suku bunga acuan lebih lama lagi.
"Jadi, intinya secara eksternal memang kita akan menghadapi tantangan yang serius, dan ini yang bisa membuat rupiah menjadi tertekan," katanya.
Lebih lanjut, Bambang menilai Bank Indonesia (BI) saat ini harus bisa menahan agar fluktuasi nilai tukar dolar AS bisa lebih stabil.
Sebagai langkah antisipasi dampak suku bunga The Fed, BI diperkirakan akan tetap melakukan intervensi terhadap nilai tukar rupiah.
Dia juga menambahkan bahwa keputusan untuk menaikkan suku bunga BI bukan merupakan langkah yang tepat mengingat kondisi USD saat ini yang menguat terhadap hampir semua mata uang negara lainnya.
Sebagai informasi, saat ini kondisi global tengah berhadapan dengan ketegangan konflik antara Iran dengan Israel.
Konflik terbaru antara Iran dan Israel dipicu oleh serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April lalu.
Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan ratusan pesawat nirawak (drone) ke Israel pada Sabtu malam (13/4).(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul