jpnn.com - JAKARTA - Sebuah lembaga survei bernama Indo Survey dan Strategi (ISS) menggelar jajak pendapat tentang proyek reklamasi Teluk Benoa di Provinsi Bali. Hasilnya, mayoritas responden di Pulau Dewata itu lebih menerima kebijakan revitalisasi daripada reklamasi terhadap Teluk Benoa.
Direktur Eksekutif ISS, Hendrasmo dalam paparan hasil jajak pendapat itu mengatakan, 53,2 persen dari 600 responden memilih revitalisasi terhadap Teluk Benoa. Hanya 5 persen saja dari keseluruhan responden yang memilih reklamasi. Sedangkan 32, 4 persen responden menolak reklamasi dan 9 persen lainnya mengaku tidak tahu.
BACA JUGA: Polisi Serang Mahasiswa di Musala, Alquran Jadi Berserakan
"Revitalisasi sepertinya menjadi pilihan jalan tengah bagi penanganan Teluk Benoa. Kalau melihat data yang diperoleh, pilihan merevitalisasi lebih kuat dibanding opsi hanya reklamasi atau menolak reklamasi," ujar Hendrasmo saat merilis hasil survei ISS di Cikini, Jakarta pusat, Rabu (26/11).
Menurut Hendrasmo, pilihan masyarakat kemungkinan didasari pemahaman bahwa dalam revitalisasi terdapat unsur reklamasi, pemberdayaan dan menguatkan alam serta daerah berbentuk konservasi. Dari 53 persen yang mendukung revitalisasi, 45 persen di antaranya menyatakan alasan demi meningkatkan lapangan pekerjaan.
BACA JUGA: Pukul Mahasiswa di Musala, Polisi Lecehkan Rumah Ibadah
“Kemudian 22 persen mengungkapkan alasan meningkatkan perekonomian di Bali, 12 persen revitalisasi berfungsi mengurangi abrasi laut dan sepuluh persen akan memerbaiki ekosistem mangrove,” ujarnya.
Bagi 46 persen responden yang menolak, kata Hendrasmo, menganggap revitalisasi dikhawatirkan menjadi penyebab rusaknya mangrove. Sedangkan 22 persen responden menilai revitalisasi dapat meningkatkan abrasi laut dan 11 persen menilai akan membuat pembangunan tak berimbang.
BACA JUGA: Cuaca Buruk, Helikopter Jokowi Balik Lagi ke Pekanbaru
"Jadi pertarungannya bukan reklamasi atau tidak. Tapi revitalisasi itu penting. Karena sudah banyak juga magrove yang rusak. Ditambah masyarakat Bali butuh perubahan terutama soal ekonomi," ujarnya.
Menurut Hendrasmo, masyarakat Bali menilai kurangnya lapangan pekerjaan masih menjadi persoalan penting yang harus segera dipecahkan. Karenanya 31,4 persen mengeluhkan kurangnya lapangan kerja karena pengangguran terus bertambah, menyusul di bawahnya soal biaya pendidikan dan kesehatan dan infrastruktur.
Survei dilakukan mulai 2-9 November 2014 melalui wawancara tatap muka. Dengan 600 responden yang diambil dari 9 kabupaten/kota Bali, survei itu memasang margin of error sekitar 4 persen.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hakim Ini Ditemukan Meninggal Terduduk di Ruang Kerjanya
Redaktur : Tim Redaksi