PERKEMBANGAN tinju amatir di Nabire benar-benar hanya bermodal semangat. Semua fasilitas latihan yang mereka gunakan masih sangat tradisional. Salah satunya adalah sansak dari karung berisi pasir.
Begitu pula fasilitas lain seperti punching pad yang jumlahnya terbatas. Penggunaannya pun terpaksa digilir dari satu sasana ke sasana lain.
""Kami hanya punya empat pasang punching pad, sedangkan sansak tidak ada. Jadi, kalau latihan, kami saling pinjam. Kadang sasana lain datang pinjam punching pad di tempat kami. Sebagai ganti, mereka datang membawa sansak untuk kami gunakan,"" jelas Daud Ayomi, pelatih kepala di Sasana Landak.
Dengan fasilitas yang sangat sederhana itu, dia harus memutar otak lebih keras untuk memberikan program latihan yang bagus bagi para padinjunya. Dia pun membagi hari latihan menjadi tiga kali seminggu.
Senin latihan memukul sansak. Latihan Kamis hanya dikhususkan untuk memukul punching pad. Sementara itu, Sabtu adalah latihan tanpa memukul.
""Tidak mungkin kami memberikan dua atau tiga teknik kepada padinju dalam satu hari latihan yang sama. Mau bagaimana lagi, alat latihan harus digilir ke sasana lain. Padinju mereka juga butuh berlatih,"" lanjut pria berusia 49 tahun yang mengaku pernah meraih emas dalam kejuaraan daerah di Papua itu.
Selain Landak, Sasana Roda Angker mengalami hal yang sama. Menurut sang pelatih, Salmon Dimara, mereka harus tetap berjuang di tengah keterbatasan.
Satu-satunya fasilitas latihan yang mereka miliki saat ini hanyalah sansak tradisional dari karung berisi pasir. ""Kalau beli, harus ke Jayapura. Butuh dana yang tidak sedikit,"" ungkapnya.
Festus Maran dengan Sasana Garuda-nya merasa masih sedikit layak disebut sebuah sasana. Sansak yang digunakan sudah baik, bukan lagi karung pasir, meski sudah tergolong usang.
Sasana itu juga memiliki beberapa pasang sarung tinju serta pelindung kepala yang memadai. Dengan fasilitas itu, Festus bisa memberikan jadwal sparing kepada padinjunya kapan saja.
Menurut dia, semua fasilitas tersebut diberi Charol Renwarin, salah seorang pengurus Pertina Pusat asal Jayapura. "Orang itu (Charol, Red) memang sering memberikan bantuan alat tinju untuk perkembangan tinju di sini," ucapnya. (dik/c5/ruk)
Begitu pula fasilitas lain seperti punching pad yang jumlahnya terbatas. Penggunaannya pun terpaksa digilir dari satu sasana ke sasana lain.
""Kami hanya punya empat pasang punching pad, sedangkan sansak tidak ada. Jadi, kalau latihan, kami saling pinjam. Kadang sasana lain datang pinjam punching pad di tempat kami. Sebagai ganti, mereka datang membawa sansak untuk kami gunakan,"" jelas Daud Ayomi, pelatih kepala di Sasana Landak.
Dengan fasilitas yang sangat sederhana itu, dia harus memutar otak lebih keras untuk memberikan program latihan yang bagus bagi para padinjunya. Dia pun membagi hari latihan menjadi tiga kali seminggu.
Senin latihan memukul sansak. Latihan Kamis hanya dikhususkan untuk memukul punching pad. Sementara itu, Sabtu adalah latihan tanpa memukul.
""Tidak mungkin kami memberikan dua atau tiga teknik kepada padinju dalam satu hari latihan yang sama. Mau bagaimana lagi, alat latihan harus digilir ke sasana lain. Padinju mereka juga butuh berlatih,"" lanjut pria berusia 49 tahun yang mengaku pernah meraih emas dalam kejuaraan daerah di Papua itu.
Selain Landak, Sasana Roda Angker mengalami hal yang sama. Menurut sang pelatih, Salmon Dimara, mereka harus tetap berjuang di tengah keterbatasan.
Satu-satunya fasilitas latihan yang mereka miliki saat ini hanyalah sansak tradisional dari karung berisi pasir. ""Kalau beli, harus ke Jayapura. Butuh dana yang tidak sedikit,"" ungkapnya.
Festus Maran dengan Sasana Garuda-nya merasa masih sedikit layak disebut sebuah sasana. Sansak yang digunakan sudah baik, bukan lagi karung pasir, meski sudah tergolong usang.
Sasana itu juga memiliki beberapa pasang sarung tinju serta pelindung kepala yang memadai. Dengan fasilitas itu, Festus bisa memberikan jadwal sparing kepada padinjunya kapan saja.
Menurut dia, semua fasilitas tersebut diberi Charol Renwarin, salah seorang pengurus Pertina Pusat asal Jayapura. "Orang itu (Charol, Red) memang sering memberikan bantuan alat tinju untuk perkembangan tinju di sini," ucapnya. (dik/c5/ruk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pedrosa Harus Taklukkan Diri Sendiri
Redaktur : Tim Redaksi