Gempa Lombok: Panik, Suara Istigfar dan Tangisan

Senin, 30 Juli 2018 – 00:21 WIB
Gempa Lombok: Anggota TNI mengangkat seorang nenek korban gempa di Desa Obel obel, Lombok Timur, dibawa sejauh dua kilometer menuju tempat pengungsian, Minggu (29/7). Foto: IVAN/LOMBOK POST/JPNN.com

jpnn.com, LOMBOK TIMUR - Gempa berskala 6,4 SR yang terjadi di Lombok, NTB, Minggu (29/7) menyisakan trauma bagi warga Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.

Seorang warga Desa Sembalun Bumbung Imin menerangkan warga belum berani memasuki rumahnya. Adanya gempa susulan yang terus-menerus terjadi membuat warga diterkam trauma.

BACA JUGA: Gempa Lombok, KLHK Evakuasi Pendaki di TN Gunung Rinjani

“Malam ini kita akan tidur di tenda,” kata Imin sembari membantu pihak desa mendata rumah yang rusak, Minggu (29/7).

Hingga pukul 14.00 Wita, gempa susulan dengan skala kecil terus terjadi. Merasakan hal tersebut, beberapa warga mengucapkan istigfar, sembari melihat kondisi rumahnya yang ambruk. Anak-anak pun menangis minta segera digendong. Kepanikan sangat terasa saat bumi bergetar.

BACA JUGA: TNI Kirim 80 Personel Kesehatan ke Lombok

“Kita trauma pak. Anak saya nangis terus. Dia ketakutan,” kata ibu Yuni seorang warga yang rumahnya sudah rata dengan tanah.

Menurut pekerja KPLH Sembapala warga Sembalun Lawang Rijalul Fikri, gempa terjadi pada sekitar pukul 6 pagi. Kata Rijal, awalnya gempa pertama tidak terlalu besar. Sehingga warga bisa menyelamatkan diri dengan segera.

BACA JUGA: Jokowi Pimpin Langsung Ratas Gempa Lombok

Karena itu, sebagian besar warga Sembalun Lawang dan Bumbung bisa menyelamatkan diri dan keluarganya. “Kita bersyukur, gempa tidak langsung besar seperti yang kedua,” kata Rijal.

Berdasarkan pantauan Lombok Post (Jawa Pos Group), Posko bencana gempa terlihat di beberapa titik. Mulai dari lapangan Sembalum Bumbung, depan puskesmas Sembalun, kantor camat sembalun, dan lapangan umum Desa Sajang. Di titik-titik tersebut, berbagai bantuan dan relawan pun sudah mulai berdatangan.

Camat Sembalun Usman mengatakan kerusakan terjadi di enam desa yang ada di Kecamatan Sembalun. Akan tetapi yang terparah terjadi di desa Sajang dan Bilok Petung. “Untuk sementara ini informasinya di Sajang ada 60 rumah dan Bilok Petung ada 42,” kata Usman kepada Lombok Post.

Usman juga menyampaikan hingga kemarin petang pihaknya masih melakukan pendataan. Kondisi sekarang agak normal. Hanya saja yang menjadi kekhawatiran masyarakat adalah gempa susulan. “Jadi masyarakat sampai saat ini belum merasa nyaman,” kata Usman.

Adapun mengenai penanganan, Usman mengatakan pihaknya telah dibantu oleh pihak dari TNI, kepolisian, kesehatan dan berbagai bantuan dari lembaga lainnya. Sementara, untuk pendataan kerusakan rumah, pihaknya masih melakukan pendataan. “Masing-masing desa sudah ada timnya,” kata Usman.

Adapun dari 6 desa yang terdampak, dari sekitar 14 ribu KK yang ada di Kecamatan Sembalun, kata Usman hampir semua desa terkena dampak. Ada ribuan rumah warga yang mengalami kerusakan. “Kalau yang parah mencapai ratusan lebih,” tutur Usman.

Kapolres Lombok Timur AKBP M Eka Fathurrahman SIK mengatakan Sambelia dan Sembalun terkena dampak paling parah. Sampai saat ini pihaknya masih melakukan antisipasi dengan membangun posko-posko bantuan.

“Sebagian besar kondisinya rusak parah. Kita dari Kapolres menurunkan kekuatan penuh,” kata Eka sebelum bertolak ke Obel-obel, Sambelia.

Selain itu, saat ini pihaknya dengan TNGR juga sedang melakukan evakuasi para pendaki yang masih dalam perjalanan turun. Dari sekitar 800 pendaki yang terdaftar, yang sudah turun sekitar 260 orang. “Masih banyak di atas sana,” kata Eka. (tih)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Foto Jokowi - TGB Ini Dikaitkan dengan Pilpres 2019


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler