Gempar Kematian Misterius, 150 Orang Meninggal Bukan karena Corona

Rabu, 29 April 2020 – 14:17 WIB
Presiden Nigeria Muhammadu Buhari. Foto: ANTARA/REUTERS/Afolabi Sotunde/aa

jpnn.com, ANKARA - Di saat pemerintah Nigeria sedang berperang melawan pandemi virus corona COVID-19, muncul kasus kematian misterius yang terjadi dalam beberapa hari belakangan di Negara Bagian Kano.

Gubernur Kano Abdullahi Umar Ganduje memastikan, pihak berwajib sedang menyelidiki kasus kematian misterius tersebut.

BACA JUGA: Perempuan PNS Dinas Malam, Tertangkap Basah Melakukan Perbuatan Terlarang

"Selama sepekan terakhir terdapat laporan kematian misterius di Negara Bagian Kano kami dan saya berada di sini untuk meyakinkan semua pihak bahwa penyelidikan sedang berlangsung," kata Gubernur Kano Abdullahi Umar Ganduje di akun Twitter, Senin.

"Autopsi masih berjalan. Namun sejauh ini tak ada hal yang menunjukkan bahwa kematian itu terkait dengan #COVID-19," ucap Ganduje.

BACA JUGA: Pak Joko Melihat Ada Pertanda Baik dari Arab Saudi

Selasa lalu surat kabar Daily Trust melansir bahwa sekitar 150 orang meninggal di Kano dalam lima hari terakhir, memicu penyelidikan untuk menentukan apakah kasus tersebut memiliki kaitan dengan COVID-19.

Pada Rabu gubernur membantah bahwa Kano telah mencatat kematian "aneh" setelah pandemi mematikan, menurut situs lokal Premium Times.

BACA JUGA: Berikut Perincian Biaya Pengobatan Pasien Corona, termasuk Ongkos Mengurus Jenazah

Pernyataan Ganduje pada Senin menuai beragam reaksi di media sosial, yakni Twitter.

"Tolong katakan dengan jujur, untuk apa dilakukan autopsi? Ini Muslim dan kebanyakan dari mereka meninggal di rumah dan dimakamkan segera sesuai ajaran agama Islam. Sekali lagi saya tanya, untuk apa dilakukan autopsi Tuan Gandola?," cuit seorang pengguna Twitter.

"Bagaimana anda melakukan autopsi terhadap jasad yang sudah terkubur? Apa anda menggalinya?" tanya pengguna lain.

Otoritas Nigeria mengonfirmasi 1.337 infeksi COVID-19 dengan 40 kematian akibat penyakit yang sangat menular tersebut, menurut Johns Hopkins University yang berbasis di AS. (Anadolu/antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler