Tetapi, di tengah upaya Brahimi itu dan pertemuannya dengan Assad, ledakan bom yang dahsyat mengguncang Damaskus kemarin. Ledakan yang terjadi di Lapangan atau Alun-Alun Bab Touma, wilayah Kota Tua (Old City), itu merenggut sedikitnya 13 nyawa. Kantor berita pemerintah Syria SANA melaporkan bahwa 29 orang lain juga terluka dalam salah satu ledakan terbesar di negeri tersebut sejak meletusnya revolusi menentang Assad pada Maret 2011.
Sejumlah laporan menyatakan bahwa ledakan itu berasal dari bom yang dipasang di dalam sebuah mobil taksi yang diparkir di luar kantor polisi. Serangan bom itu sengaja menarget kantor polisi di Bab Touma, kawasan populer di ibu kota yang mayoritas berpenduduk Kristiani.
Lembaga pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang melaporkan jatuhnya korban dalam ledakan itu belum bisa memastikan apakah warga sipil atau polisi yang tewas. Namun, SOHR dan sejumlah laporan lain menuturkan bahwa ledakan bom itu sangat kuat. Polisi dan ambulans langsung tiba di lokasi beberapa saat setelah terjadi ledakan terjadi.
Dua aparat keamanan yang enggan disebut identitasnya mengungkapkan bahwa taksi bermuatan bom itu meledak sekitar 50 meter dari markas polisi di Bab Touma. Kantor berita Associated Press mengungkapkan bahwa darah para korban terlihat berceceran di jalan dan trotoar. Puing-puing dan pecahan kaca toko di sekitar lokasi juga berserakan di jalanan. Sedikitnya empat mobil hancur akibat ledakan itu.
Seorang pedagang di dekat lokasi, Mohammad Hambali, 27, menuturkan bahwa sejumlah korban luka tergeletak di jalan. "Ini aksi pengecut yang dilakukan oleh teroris," ujar Hambali yang kaki kirinya juga terkena pecahan bom.
Pada saat hampir bersamaan, di wilayah lain Damaskus, Brahimi bertemu secara tertutup dengan Assad. Pertemuan itu terjadi terkait dengan usulnya dan upayanya menekan pemerintah dan oposisi Syria untuk melakukan gencatan senjata selama empat hari. Dia berharap gencatan senjata itu bisa dimulai Jumat nanti (26/10) saat umat Muslim di seluruh dunia memperingati Hari Raya Idul Adha.
Kepada para wartawan, Brahimi mengaku bahwa dirinya mendapat janji dari Assad untuk menghormati gencatan senjata. "Tapi, bukan komitmen," tukasnya. Sebelumnya, diplomat veteran asal Aljazair tersebut juga sudah bertemu kelompok oposisi, baik di dalam maupun di luar Syria.
Dia pun menggarisbawahi respons dari kubu oposisi dan Assad yang menyebut rencana atau usulannya itu sebagai ide bagus dan siap untuk mendukung. Kendati begitu, pria 78 tahun tersebut menolak menyebut respons Assad terkait usulannya. Mantan menteri luar negeri (menlu) Aljazair itu hanya menyatakan bahwa hasil pertemuan tersebut menjadi langkah awal yang baik untuk mencapai kesepakatan lebih yang luas.
Namun, Kantor Berita SANA melaporkan bahwa Assad meyakinkan Brahimi soal dukungannya terhadap rencana gencatan senjata yang dia usulkan. Meskipun begitu, lanjut SANA, Assad tak menyatakan komitmennya atas gencatan senjata.
"Presiden telah menegaskan bahwa posisinya amat terbuka terhadap upaya apapun untuk menemukan solusi politik demi menghentikan krisis di Syria. Tentu, itu harus didasarkan pada penghormatan terhadap kedaulatan Syria dan penolakan adanya intervensi pihak luar," kata SANA.
Selain itu, Assad menekankan bahwa solusi politik harus juga didasarkan pada prinsip penghentian aksi terorisme, komitmen seluruh rakyat Syria, serta penghentian upaya mempersenjatai dan melindungi teroris di Syria. Istilah itu (teroris, Red) mengacu pada kelompok oposisi bersenjata.
Brahimi tiba di Syria Jumat lalu (19/10) setelah melawat ke sejumlah negara di Timur Tengah untuk menggalang dukungan atas usulan dan rencana gencatan senjata yang dia gagas. Dia berharap idenya kali ini bisa mendorong gencatan senjata lebih lama. Negara-negara di kawasan regional, termasuk Iran, Iraq, dan Turki, maupun Jerman menyatakan dukungan mereka atas usulan itu.
Sebelumnya, Brahimi juga telah bertemu Menteri Luar Negeri (Menlu) Syria Walid al-Moallem Sabtu lalu (20/10). Pernyataan resmi dari Kemenlu Syria pasca-pertemuan itu tak menjelaskan detil soal rencana gencatan senjata.
Hanya disebutkan bahwa saat itu keduanya mendiskusikan upaya untuk menghentikan krisis politik dari berbagai aspek guna mempersiapkan dialog komprehensif di kalangan rakyat Syria. (AP/AFP/RTR/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Keinginan Sederhana Permaisuri Michiko
Redaktur : Tim Redaksi