DAMASKUS - Sesuai proposal damai Utusan Khusus PBB Kofi Annan, gencatan senjata mulai berlaku di Syria kemarin (12/4). Hanya, meski pasukan pemerintah dan para pejuang oposisi sama-sama menahan serangan, ketegangan masih saja menyelimuti negara di tepi Laut Mediterania itu. Apalagi, rezim Presiden Bashar al-Assad belum menarik semua pasukannya dari kantong-kantong oposisi.
Tetapi, untuk kali pertama sejak krisis dan kekerasan politik berlangsung di Syria selama 13 bulan lalu, rakyat bisa kembali menikmati ketenangan. Sejak gencatan senjata resmi berlaku mulai pukul 06.00 pagi waktu setempat kemarin, nyaris tak terdengar lagi suara ledakan atau desing peluru. Terutama, di kota-kota yang selalu menjadi ajang bentrok dua kubu. Misalnya, Damaskus, Aleppo, Daraa, Deir el-Zour, atau Hama dan Homs.
Sampai kemarin siang, pasukan pemerintah dan oposisi saling menahan diri untuk tidak melancarkan serangan. Namun, kehadiran pasukan pemerintah di beberapa lokasi yang diklaim sebagai sarang oposisi tetap membuat warga waswas. Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan bahwa tentara bersenjata lengkap dan didukung tank serta kendaraan lapis baja masih melakukan patroli.
"Sejauh ini pemerintah belum menarik pasukannya dari pos-pos pemeriksaan. Tapi, ketenangan sudah mulai terasa di hampir seluruh wilayah Syria," terang Rami Abdul-Rahman, direktur SOHR. Hingga kemarin, jumlah korban tewas akibat krisis politik sejak Maret tahun lalu itu sudah melebihi 9.000 jiwa. PBB menyatakan bahwa sebagian besar korban tewas adalah warga sipil.
Secara terpisah, aktivis Local Coordination Committees (LCC) melaporkan fakta berbeda. Menurut para aktivis dari kelompok oposisi itu, tentara pemerintah tetap menangkapi warga dan oposan di Maadamiyah, pinggiran Damaskus. Aksi main hakim sendiri itu dilakukan beberapa jam setelah pengumuman gencatan senjata. Penangkapan itu memantik aksi protes oposisi di beberapa universitas di pinggiran ibu kota.
Beberapa kalangan menuntut agar Assad segera menarik seluruh pasukannya dari pos-pos pemeriksaan. Bukan itu saja, Annan malah mendesak presiden 46 tahun tersebut membersihkan wilayah permukiman warga dari militer. Termasuk, tank dan kendaraan lapis baja. Mantan sekjen PBB itu minta agar Assad segera memerintahkan seluruh pasukannya kembali ke barak.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Ahmet Davutoglu melontarkan imbauan yang sama. "Rezim (Assad) harus segera menarik pasukannya. Membiarkan penduduk kota tegang karena kehadiran militer bukanlah tindakan yang bijak," kritiknya. Dia juga mengimbau pasukan Assad tak berbuat bodoh lagi dengan memantik konflik di perbatasan. Jika itu terjadi, Turki tak akan segan minta bantuan NATO.
Sementara itu, oposisi Syria yang kecewa karena Assad mengingkari komitmennya untuk menarik seluruh pasukan dari garis depan kembali merencanakan aksi unjuk rasa. "Besok (hari ini, Red), seperti hari Jumat biasanya, warga Syria akan kembali menggelar unjuk rasa dengan skala lebih besar. Kami menuntut rezim bertanggung jawab atas perbuatannya," papar Burhan Ghalioun, pimpinan Syrian National Council (SNC), koalisi oposisi Syria.
Namun, menurut dia, aksi unjuk rasa hari ini (13/4) bakal berlangsung damai. Menurut rencana, demonstrasi itu akan berlangsung seusai salat Jumat. Selain di lapangan, aktivis oposisi juga akan menggelar long march (pawai) di jalanan ibu kota. Para pengamat politik menganggap aksi tersebut sebagai ujian bagi kedua belah pihak yang sedang gencatan senjata. (AP/AFP/RTR/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Filiphina Perkuat Armada Laut di Wilayah Spratly
Redaktur : Tim Redaksi