jpnn.com, JAKARTA - Generasi milenial seharusnya lebih aktif mengambil peran di tahun politik. Jangan mau hanya dijadikan objek rebutan suara dalam konstestasi politik, tetapi harus ikut terlibat menentukan kualitas hajatan demokrasi itu sendiri.
Salah satunya adalah dengan membantu mewujudkan kampanye pemilu yang sejuk dan damai yang merupakan harapan seluruh warga bangsa.
BACA JUGA: Sandi Sedih Dana Kampanyenya Kalah Jauh dari Toko Sebelah
“Dengan jumlah pemilih di rentang usia 17-35 tahun mencapai 52 persen, generasi milenial memang sangat strategis diperebutkan oleh kedua pasangan capres dan cawapres. Dalam posisi itu, generasi milenial seyogyanya mengajukan nilai tawar tinggi terhadap kedua pasangan. Misalnya, tidak akan memilih pasangan yang masih suka menyebar kabar bohong atau hoaks, nyinyir, fitnah atau mengumbar ujaran kebencian,” kata Ketua Gerakan Relawan Muda - Agus Harimurti Yudhoyono (Garuda AHY) Iwan Setiawan Arifin Manasa di Jakarta, Senin (24/9).
Terkait kampanye yang sejuk dan damai, menurut Iwan, ada sebagian kalangan yang skeptis hal itu dapat diwujudkan. Alasannya, rakyat telanjur terbelah dalam dua kubu yang saling serang dan memojokkan. Lain halnya kalau pilpres diikuti lebih dari dua pasangan calon.
BACA JUGA: Sitir Surah Albaqarah, Amien Rais Yakini Jokowi Bakal Kalah
“Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat tersebut, generasi milenial harus mengambil sikap dan positioning yang tegas. Antara lain, tidak ikut-ikutan menodai kampanye dengan menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau tidak jelas sumbernya,” ujarnya.
Iwan Manasa menambahkan, dari total jumlah pemilih usia muda yang mencapai hampir 100 juta orang, sebagian di antaranya masuk kategori pemilih pemula (17-21 tahun). Mereka harus dirangkul, diberi pemahaman yang komprehensif terkait keterlibatan mereka dalam pemilu.
BACA JUGA: Bang Ara Langsung Ajak Kang Emil Turun demi Jokowi-Maruf
”Bukan hanya karena secara elektoral jumlah mereka besar, tapi karena suara merekalah yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara,” ujar Caleg DPR RI untuk Daerah Pemilihan (Dapil) NTT 1 ini.
Sebagai caleg Partai Demokrat yang telah resmi masuk Daftar Calon Tetap (DCT) DPR RI nomor urut 5, Iwan Manasa mengaku memiliki concern untuk membantu membentuk preferensi politik generasi milenial.
“Selama ini generasi milenial cenderung apolitis dan hanya dijadikan obyek dalam pemilu. Dirayu dengan berbagai gimmick, lalu diarahkan untuk memilih calon tertentu. Padahal mereka bisa lebih kritis, termasuk dengan anti terhadap kampanye hitam atau tidak ikut menyebarkan hoaks tadi,” kata Iwan.
Terkait itu, politikus muda kelahiran Reo - Kabupaten Manggarai ini berniat hendak memanfaatkan masa kampanye yang cukup panjang, sekitar enam bulan untuk lebih sering turun ke daerah pemilihan.
Ia sudah mengagendakan hendak menyambangi kantong-kantong anak muda di kampung halamannya, menyerap aspirasi dan mengajak mereka berdialog sekaligus memberikan pendidikan politik.
Sebagaimana slogan yang diusung AHY, Iwan Manasa menegaskan, muda adalah kekuatan. Setiap anak muda, di mana pun mereka berada, adalah penentu masa depan. Dalam konteks NTT, lanjut Iwan, setiap anak muda bisa menjadi agen perubahan untuk daerahnya. Mereka tahu potensi dan keunggulan daerah.
“Tinggal bagaimana mendorong mereka untuk memberdayakan potensi dan keunggulan tadi melalui ide-ide kreatif. Antara lain dengan memanfatkan peluang dan akses yang terbuka lebar di era digital saat ini,” pungkasnya.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat, TKN Jokowi-Maruf Dilarang Menjelekkan Prabowo-Sandi
Redaktur & Reporter : Friederich