Generasi Milenial NU: Saatnya Tokoh Muda NU Jadi Presiden

Jumat, 24 November 2017 – 19:21 WIB
Nahdlatul Ulama (NU). Ilustrasi Foto: JPG/Ist

jpnn.com, MATARAM - Nahdlatul Ulama (NU) diharapkan mendorong tokoh-tokoh mudanya untuk bertarung di Pilkada 2018 dan Pemilu Presiden 2019. Pasalnya, pemimpin berlatar nahdliyin dibutuhkan bangsa ini untuk mengatasi tantangan-tantangan yang sedang dihadapi.

Aspirasi itu disuarakan Generasi Milennial Nahdlatul Ulama (GENMNU) bersamaan dengan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konbes Nadlatul Ulama (NU) 2017 yang sedang berlangsung di Nusa Tenggara Barat.

BACA JUGA: PKS-Gerindra Isyaratkan Tetap Bersama, Usung Prabowo-Gatot?

"Munas NU harus berani bersatu untuk mendorong tokoh muda NU menjadi presiden atau wakil presiden pada Pemilu 2019. Alim Ulama NU juga harus berani besatu mendorong tokoh muda jadi gubernur dan bupati pada pilkada serentak 2018," tegas Koordinator Provinsi GENMNU Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Akbar Jadi kepada wartawan, Jumat (24/11).

Menurut Muhammad, masyarakat Indonesia yang plural ini rawan dengan potensi gesekan antar keyakinan dan pemikiran.

BACA JUGA: PKS Tetap Nilai Panglima TNI Capres Potensial

Maka, kata Muhammad dibutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat dalam komitmen dan penegakan aturan, agar prinsip-prinsip kebangsaan dan kesejahteraan umat tetap menjadi prioritas kebijakan.

"Kami meyakini NU-lah yang sedang dan harus mengambil peran ini," katanya.

BACA JUGA: Komunitas Pendukung Cak Imin-AHY Muncul di Sulawesi Selatan

Untuk itu, Generasi Milennial NU mengusulkan dan meminta agar dalam formasi kepemimpinan di 2019 ada tokoh NU yang menjadi calon presiden atau calon wakil presiden.

Pasalnya presiden dan wakil presiden bukan hanya kepala negara dan pemerintahan. Kata Muhammad, mereka adalah simbol dan wajah terdepan republik ini.

"NU yang berkarakter ramah, lembut dan persuasif, harus menjadi bagian dari wajah itu. Apalagi NU adalah juga wajah dari mayoritas rakyat Indonesia yang 80 persennya beragama Islam," kata Muhammad.

Muhammad menambahkan, menempatkan tokoh NU sebagai pemimpin nasional berarti menggenapkan keterwakilan atas tiga hal. Yakni keterwakilan dari segi jumlah, kelompok dan karakter.

"Kami mendesak agar para kiai dan ulama NU di Mataram merekomendasikan tokoh NU menjadi calon pemimpin di 2019. NU bukan partai. NU adalah penyambung lidah puluhan juta umat, yang mayoritas masih miskin. Kami hanya anak-anak muda yang resah melihat keadaan dan mencoba menawarkan sesuatu sebagai solusi. Dengan segala keterbatasannya, kami masih percaya NU mampu lebih optimal mengurus bangsa dan umat," demikian Muhammad. (san/rmol)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Tetap Dukung Jokowi di Pilpres 2019, Asalkan..


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler