Genjot Lewat Media Sosial

Sabtu, 31 Maret 2012 – 22:12 WIB

MENYIASATI problem menurunnya daya tarik penonton film lokal yang diproduksi Indonesia, tim produksi pun tak kehabisan akal dalam melakukan promosi. Jejaring sosial seperti Twitter merupakan media yang cukup efektif dalam mengenalkan produk mereka. Tapi, ternyata upaya tersebut juga belum sepenuhnya bisa mendatangkan penonton.

Ramai di Twitter belum tentu ramai di bioskop. "Banyak yang heboh di Twitter, sampai jadi trending topic segala. Tapi, sebenarnya film itu belum tentu banyak ditonton," kata Robby Ertanto, sutradara Dilema.

Ario Sagantoro, produser film The Raid, memiliki komentar senada. Dalam beberapa hal, yang diungkapkan oleh Robby benar. "Dalam beberapa kasus memang efektif ya promo lewat media sosial. Di media sosial ramai, di bioskop juga ramai. Tapi, ada juga yang di media sosial gencar, tapi kenyataannya di lapangan tidak seperti itu," jelas Sagantoro.  

Dia menyimpulkan, meskipun media sosial memang bisa dijadikan tempat untuk berpromosi, hasilnya kembali ke produk yang dihasilkan. Film maker harus membuat karya yang benar-benar beda. "Tidak ada teori yang pasti kalau sudah ngomong masalah industri film. Tidak bisa menggunakan teori kalau 2 + 2 = 4. Semuanya unpredictable," tegasnya.

Setelah film The Raid rilis di bioskop Indonesia, pihaknya melakukan survei secara acak. Menurut Sagantoro, banyak penonton yang mengatakan sudah lama tidak mendapatkan rasa yang didapatkan saat nonton film besutan Gareth Evans itu.

"Ada yang bilang, sudah lama nggak nonton film sampai terbawa (emosi). Bisa tepuk tangan, bisa tertawa, tapi sekaligus takut dan ngeri saat nonton The Raid," ceritanya. (jan/c10/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penggemar Gila Bikin Jessie J Ketakutan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler