Gerakan 10 Juta Bendera Merah Putih, Mendagri Ingat Keberanian Arek-arek Suroboyo

Minggu, 14 Agustus 2022 – 19:21 WIB
Mendagri Tito Karnavian menghadiri Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (14/8). Foto: Puspen Kemendagri

jpnn.com, SURABAYA - Mendagri Muhammad Tito Karnavian menghadiri Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (14/8).

Kegiatan ini merupakan satu rangkaian dengan dua kegiatan sebelumnya. Jumat (12/8) pekan lalu, Mendagri Tito meluncurkan gerakan 10 juta bendera merah putih di daerah paling timur Indonesia, yakni Merauke.

BACA JUGA: Gerakan 10 Juta Bendera Merah Putih, Wamendagri John Wempi ke Aceh, Simak Kalimatnya

Sehari berikutnya, Sabtu (13/8), Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) John Wempi Wetipo menggelar kegiatan serupa di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.

Tito Karnavian mengatakan, peluncuran yang ketiga gerakan 10 juta bendera merah putih dalam rangkah HUT ke-77 Kemerdekaan RI sengaja dilakukan di Surabaya.

BACA JUGA: Gerakan 10 Juta Bendera Merah Putih, Mendagri: Kita Bangga dengan Papua

"Nah yang ketiga saya memilih Surabaya karena (latar belakang) historis," kata Mendagri Tito Karnavian.

Dikatakan, selain merupakan tempat kelahiran Bung Karno, dan tokoh pahlawan lainnya, Surabaya memiliki latar belakang historis yang cukup kuat, yakni insiden di Hotel Yamato pada 19 September 1945.

BACA JUGA: Gerakan 10 Juta Bendera Merah Putih, Mas Bobby Beraksi di Lapangan Merdeka Medan

Insiden Hotel Yamato terjadi karena Belanda dinilai melakukan tindakan provokatif dengan mengibarkan bendera merah putih biru di hotel tersebut.

Akibatnya, kata Tito Karnavian, arek-arek Suroboyo menurunkan bendera merah putih biru milik Belanda dan merobek warna biru sehingga menyisakan warna merah dan putihnya saja.

"Pelajaran penting yang kita pelajari, kalau ini kita dalam suasana menaikkan bendera tanpa ada perlawanan, seperti yang dilakukan tokoh-tokoh senior yang ada di Surabaya," kata Tito.

Tanpa menafikan daerah lain, sambung Tito, Surabaya juga memiliki peran penting dalam peristiwa 10 November 1945.

"Indonesia bisa kita pertahankan salah satunya karena adanya nilai kepahlawanan, militansi, dan keberanian arek-arek Suroboyo," tandasnya.

Ditekankan bahwa mengibarkan bendera merah putih merupakan salah satu cara menghargai dan menghayati perjuangan keras para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan.

"Saya harapkan pembagian bendera ini diikuti dengan pengibaran terus menerus untuk menaikkan rasa nasionalisme kita, dan terutama warga Surabaya ini harus menjadi salah satu bagian depan," pungkas Tito.

Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan kehadiran Mendagri dalam kegiatan itu memberikan semangat kepada seluruh elemen strategis di Jawa Timur.

"Kenapa kehadiran Bapak disambut dengan sholawat? Sebab kalau ada sholawat Nabi, maka Insyaallah Nabi akan hadir bersama kita dan Insyaallah moderasi dan toleransi juga akan hadir di tengah kita semua," ujar Khofifah.

Hadir juga dalam kegiatan ini Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta beserta jajaran, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, dan seluruh perwakilan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Timur. (rls/sam/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler