Gerakan 1.000 Masker, Cara Warga Surabaya Cegah Corona

Senin, 11 Mei 2020 – 10:07 WIB
Relawan Eri Cahyadi berbagi di masa pandemi virus corona. Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Relawan Eri Cahyadi makin giat menggalakkan Kampung Anti-Corona alias Karina.

Sukarelawan yang merupakan gerakan warga dari berbagai kampung di Surabaya itu fokus pada masalah sosial, rutin melakukan upaya memutus penyebaran virus corona.

BACA JUGA: Warga Ngaglik Dukung Eri Cahyadi karena Kepanjangan Tangan Bu Risma

Salah satunya di Pondok Benowo Indah (PBI), Kelurahan Babat Jerawat, Kecamatan Pakal.

Saat warga lain hanya fokus membagikan masker di lingkungannya sendiri, warga PBI punya gerakan 1.000 masker yang disebar lintas kampung.

BACA JUGA: Astaga, Virus Corona Telah Kembali ke Wuhan

Masker-masker tersebut dibagikan kepada pengguna kendaraan di jalan raya sekitar PBI yang belum memakai masker.

Sumali Ketua RT 04 dan Wakil RW 11 Kelurahan Babat Jerawat menyatakan, aksi sosial ini dilakukan karena banyak orang yang setiap hari wira-wiri di jalan tanpa menggunakan masker.

BACA JUGA: Wali Kota Risma Beberkan 16 Klaster Penularan Covid-19 di Surabaya

"Masker ini hasil swadaya, ada dari donatur juga. Intinya 1.000 masker ini sudah dibagikan ke seluruh RT di wilayah sini, sisanya yang masih banyak kami bagi ke orang yang lewat," ujarnya, Senin (11/5).

Sumali menambahkan, mencegah penyebaran virus Covid-19 tak bisa dilakukan sendiri, harus dilakukan secara bersama-sama.

Seketat apa pun menjaga diri dari paparan virus ini, tetapi jika orang lain abai, potensi penyebaran tetap tinggi.

Ini yang membuat warga PBI juga peduli pada orang-orang yang sering melewati wilayahnya, baik untuk bekerja atau urusan lain.

"Saat corona seperti ini, semua orang dalam kondisi sulit dan kesusahan. Maka dari itu, saat ini harus berusaha saling membantu, apapun yang bisa. Termasuk membagikan hal kecil seperti masker," ujarnya.

Selain membagi masker, Sumali juga fokus menambah tempat cuci tangan dengan sabun di seantero kampung.

Dengan keran bikinan warga sendiri, kesadaran untuk mencegah virus corona dari warga makin meningkat.

"Kalau keran kami bikin pakai gentong. Sejauh ini sudah lumayan banyak. Yang penting kebutuhan sanitasi terpenuhi dan warga bisa beraktivitas dengan higienis," ujarnya.

Dampak ekonomi juga disiasati dengan cara membagikan sembako untuk warga yang terdampak Covid-19.

Sumali menyatakan, peran donatur amat penting dalam memberi bantuan sembako.

"Kira-kira ada 430 kantung beras yang dibagi, masing-masing punya berat 3 kiloan. Ya pokoknya semangatnya membantu aja, bantu selagi bisa sampai Surabaya normal kembali," tuturnya.

Sejak Indonesia dinyatakan darurat pandemi, Relawan Eri Cahyadi bergerak dengan tujuan agar kampung-kampung di Surabaya memiliki protokol mandiri pencegahan corona.

Mereka mendorong karantina wilayah dilakukan di kampung-kampung dengan membatasi lalu lintas warga sekaligus disiplin penggunaan alat pencegahan.

Program yang diberi nama Karina itu tak hanya fokus di bidang kesehatan, tetapi juga ekonomi.

“Karena virus ini datang kepada kita tidak hanya berupa penyakitnya, tetapi juga dampak ekonomi yang tak kalah mematikan akibatnya,” kata Sumali.

Sumali mengakui, Relawan Eri Cahyadi awalnya adalah gerakan untuk mendorong penerus Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Eri Cahyadi, maju sebagai calon wali kota.

Namun, di tengah kesulitan warga karena pandemi global, relawan lebih banyak bergerak untuk membantu meringankan beban masyarakat akibat Covid-19.

“Sejak awal fokus kami bukan semata politik, tetapi menjadi solusi di tengah masyarakat. Alhamdulillah, program ini direspons baik oleh warga kampung. Insyaallah sudah ada 1.000 KARINA di Surabaya,” pungkasnya. (*/adk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler