Gerakan Erotis Joget Bumbung, Polisi Kejar Pemilik Akun

Sabtu, 25 November 2017 – 07:42 WIB
Kepala Kepolisan Resor Buleleng, AKBP Made Suka Wijaya mengatakan, sudah memerintahkan anak buahnya untuk melakukan penyelidikan gerakan erotis joget bumbung. Foto Bali Express/JPNN.com

jpnn.com, BULELENG - Polisi tak tinggal diam menyikapi gerakan erotis yang mengarah kepada pornografi dan pornoaksi saat pementasan joget bumbung di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, Minggu (19/11).

Kepala Kepolisan Resor Buleleng, AKBP Made Suka Wijaya mengatakan, sudah memerintahkan anak buahnya untuk melakukan penyelidikan untuk membongkar aksi yang diduga mengarah ke tindak pidana.

BACA JUGA: Gerakan Erotis Joget Bumbung Ternyata Kegiatan Amal

“Akun tersebut sudah kami telusuri. Saya juga sudah perintahkan reserse kriminal dan Kapolsek Tejakula untuk melakukan penyelidikan,” tegas Suka Wijaya seperti yang dilansir Radar Bali (Jawa Pos Group), Sabtu (25/11).

BACA JUGA: Heboh Gerakan Erotis Joget Bumbung

Pementasan joget bumbung digelar di acara Trail Adventure yang ternyata bertujuan mulia. Kegiatan amal mengumpulkan dana untuk para korban pengungsu Gunung Agung yang saat ini aktif.

Bukan karena tujuan mulianya yang bikin ramai, namun gerakan erotisnya saat digelar acara. Moment joget yang dipertontonkan penari bersama para pengibing peserta tracker justru yang ramai diperbincangkan.

Foto dan video yang terpampang di dinding akun Facebook Arta Wan jadi perbincangan dan mendadak viral di media sosial.

Ketua Panitia acara Gede Adi Wistara, 30, menyebutkan jika acara ini melibatkan hingga 700 tracker dari seluruh Bali. Mereka menjajal route di seputaran Desa Les yang memang perbukitan.

Desa Les dipilih sebagai lokasi acara Trail Adventuer tersebut lantaran di desa itu pula para pengungsi asal Karangasem ditampung.

Akun Facebook Arta Wan. Foto JPNN.com

“Ini acara amal, untuk penggalian dana bagi pengungsi. Acaranya juga dibuka sama Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub),” kata Adi Wistara, saat dikonfirmasi melalui saluran telepon kepada Bali Express (Jawa Pos Group), Jumat (24/11).

Saat itu, kata dia, awalnya para penari joget bumbung menari sesuai pakem. Tapi, makin sore berubah berbau porno.

“Kami dari panitia langsung melarang,” katanya.

Tapi, kata dia, ternyata saat tarian mengarah ke porno itu ada yang merekam dan mengunggah di medsos. (jpnn/mus/bx/dik/yes/JPR)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler