jpnn.com, JAKARTA - Analis politik Pangi Syarwi Chaniago memprediksi Partai Gerindra bakal rugi di Pilkada serentak 2020, jika akhirnya memilih bergabung dalam koalisi partai politik pendukung pemerintah.
"Jelas dirugikan. Basis pemilih Gerindra itu kan antitesis pemilih Jokowi. Dan pemilih Gerindra tidak satu irisan dengan pemilihnya PDIP. Jadi, secara segmen pemilih grasroot Gerindra dirugikan jika bergabung dengan koalisi pemerintah," ujar Pangi kepada JPNN.com, Senin (21/10)
BACA JUGA: Jelang Pelantikan Presiden, Andre Gerindra: Kok Negara Seperti Keadaan Darurat?
Direktur eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini menilai, Gerindra diuntungkan di Pemilu 2019 karena emosi yang dibawa selama ini adalah antitesis Jokowi. Artinya, Gerindra sukses berperan sebagai oposisi.
"Saya kira dampaknya bisa ke Pilkada 2020. Bisa semua calon yang diusung Gerindra berjatuhan di tengah jalan. Jadi, jangan main-main Gerindra kalau tidak bisa mengambil empati, bermain dengn emosi pemilih," ulasnya.
BACA JUGA: Menurut Pangi Syarwi Ini Tanda-tanda Partai Gerindra Menuju Kehancuran
Pangi juga menyayangkan jika Gerindra akhirnya bergabung menjadi pendukung pemerintah. Menurutnya, sikap tersebut akan berakibat tidak ada lagi parpol papan atas yang berperan sebagai oposisi. Padahal, oposisi sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang.
"Bisa dibayangkan kalau ke depan yang memainkan peran oposisi sebagai penyeimbang itu sudah tidak ada lagi, tak ada lagi vitamin yang mengingatkan pemerintah, sehingga tidak terpacu untuk berkompetisi, karena sudah tidak merasa diawasi," katanya.
Pangi khawatir, ketika tidak ada lagi pihak yang memainkan peran sebagai oposisi sebagai penyeimbang, maka demokrasi yang telah dibangun dengan baik selama ini terancam ambruk.
"Jadi, sangat merusak tatanan demokrasi yang dibangun selama ini. Saya kira hal ini penting disadari bersama seluruh elemen yang ada," pungkas Pangi. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang