"Atas kenyataan itu, tentu kami segera memutuskan untuk mengusung calon lain," tegas Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon di Jakarta kemarin (9/11). Salah seorang calon alternatif yang masuk dalam radar Gerindra adalah Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Nanat Fatah Natsir. Pria kelahiran Garut, 11 Desember 1954, itu pernah menjadi rektor UIN Gunung Jati Bandung.
"Semula kami akan mendukung Teten. Kini kami harus mencari calon alternatif," tegas Fadli. Meski begitu, Gerindra tetap realistis. Sebab, untuk mengajukan calon dalam Pilgub Jabar 2013, Gerindra harus berkoalisi. Berbeda halnya dengan PDIP yang bisa mencalonkan sendiri karena punya kursi di DPRD Jabar yang mencukupi. "Jadi, mungkin kami ambil pasangan calon yang ada. Opsinya itu," kata Fadli.
Secara resmi, Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto sempat menyatakan dukungan terhadap Teten untuk maju sebagai calon gubernur. Teten dinilai memiliki track record yang baik. Bahkan, pendiri Indonesian Corruption Watch (ICW) itu dianggap ikut berperan besar dalam memberantas korupsi di Jabar.
"Tetapi, karena Teten sudah dicalonkan menjadi wagub (oleh PDIP), Gerindra harus mengambil sikap lain. Semula, kami memang menginginkan Teten jadi cagub," ucap Fadli.
Apalagi, diakui Fadli, partainya tidak diajak PDIP untuk bergabung dalam koalisi Rieke-Teten. "Tidak apa-apa, ini perkembangan politik. Ini fenomena biasa saja," tuturnya.
Kabarnya, PDIP tidak mau berkoalisi dengan Gerindra karena "trauma" pilgub DKI Jakarta. Meskipun Joko Widodo (Jokowi) adalah kader asli PDIP, pilgub DKI yang dimenangi duet Jokowi-Ahok justru memberikan keuntungan electoral terhadap Prabowo Subianto. Namun, Fadli dengan halus membantah spekulasi itu.
"Dengan PDIP, Gerindra baik-baik saja. Kalau kami tidak bisa sama-sama di Jabar, di provinsi lain mungkin bisa. Tidak semua pilkada kami selalu sama. Memang yang fenomenal kami sama-sama di DKI. Jadi, semua ini biasa saja," tegasnya.
Apakah Gerindra merasa sakit hati dengan Teten yang menerima pinangan PDIP? "Nggak apa-apa, itu pilihan. Harus kita hormati," jawab Fadli.
Seperti diberitakan, PDIP telah menetapkan secara resmi duet Rieke-Teten sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur dalam pilgub Jabar yang dihelat pada Februari 2013. Rieke saat ini aktif sebagai anggota Komisi IX DPR.
Setelah ditetapkan PDIP sebagai cawagub, Kamis lalu (8/11) Teten langsung mundur dari jabatan Sekjen Transparency International-Indonesia (TII). PDIP memilih maju sendirian. Dengan 17 kursi di DPRD Jabar, partai itu memang memenuhi syarat untuk mengusung pasangan calonnya tanpa berkoalisi dengan parpol lain.
"Teten tidak berada pada posisi mewakili Gerindra. Rieke dan Teten diusung PDIP," terang Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo. Dia memastikan, tidak ada ikatan apa pun antara Teten dan Partai Gerindra serta Prabowo Subianto. "Saya kira, kita memahami integritas Teten yang sudah menyatakan siap maju dalam pilgub Jabar bersama PDIP," tegasnya.
Mengapa tidak berkoalisi dengan Gerindra yang sejak awal berniat mengusung Teten? "Saya tidak bisa berkomentar. Prinsipnya, PDIP menghargai masyarakat Jawa Barat yang menginginkan perubahan. Melalui Rieke dan Teten, semoga hal itu bisa diwujudkan," jawab Tjahjo. (pri/c8/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politisi Demokrat Anggap Laporan Dahlan Menyakitkan
Redaktur : Tim Redaksi