jpnn.com, SEMARANG - Dua anak muda bernama Albertus Gian dan Anindita Pradana Suteja yang diundang Ganjar Pranowo dalam acara podcast beberapa waktu lalu, datang kembali menemui sang Gubernur Jateng tersebut.
Lulusan Universitas of Manchester Inggris dan Imperial Collage London yang membuat drone untuk mendukung sektor pertanian itu kini kembali datang menemui Ganjar dengan inovasi baru.
BACA JUGA: Musim Hujan, Pak Ganjar Langsung Pantau Dua Rumah Pompa
Bersama seorang rekannya bernama Pandu Yudha yang seorang dosen di UGM, Gian dan Anindita siap mewujudkan mimpi Ganjar membangun big data di sektor pertanian.
Ganjar memang menantang Gian dan Anindita saat podcast pada 27 Oktober lalu.
BACA JUGA: Arief Poyuono: Sangat Mungkin Ganjar Menerima Pinangan Golkar
Saat itu Ganjar meminta dibuatkan sebuah sistem yang bisa memonitoring sekaligus mengevaluasi sektor pertanian di Jawa Tengah.
Tidak butuh waktu lama. Hanya selang dua minggu setelah pertemuan dengan Ganjar, Gian dan Anindita berhasil membuat sebuah sistem pengelolaan sektor pertanian di Jateng.
BACA JUGA: Boy Rafli Amar Bertemu Pak Ganjar, Bahas Masalah Terorisme
Mereka menamakannya Tandhur. Sebuah sistem yang dibuat khusus untuk mendata siapa, tanam apa, di mana, berapa luas lahan, perhitungan finansial pertanian sampai estimasi produksi hasil pertanian.
"Beberapa minggu lalu kami ngobrol dengan Pak Ganjar, beliau menantang kami membuat sistem monitoring dan evaluasi khususnya di bidang pertanian. Hari ini saya bersama Mbak Anindita dan Mas Pandu datang kembali, menjawab janji kami bahwa kami bisa menghadirkan sebuah sistem itu," kata Gian di temui di rumah dinas Ganjar, Selasa (16/11).
Gian menjelaskan sistem yang ditawarkan itu berbentuk softaware. Sistem itu nantinya digunakan untuk melengkapi data dan program yang sudah dijalankan di Jateng yakni Kartu Tani.
"Kami akan melakukan uji coba di enam eks karesidenan di Jateng. Nanti akan dilihat apakah hasilnya sesuai yang diinginkan atau ada penambahan, sebelum bisa diimplementasikan ke seluruh daerah di Jawa Tengah," terangnya.
Sementara Pandu menerangkan, sistem Tandhur merupakan aplikasi yang sangat sederhana. Sistem itu nantinya akan merepresentasikan posisi lahan di Jateng untuk mengetahui berapa luas lahan pertaniannya.
"Selain itu, kami juga melakukan mapping lahan dari sisi karakteristiknya seperti apa. Dengan mapping itu, maka akan diketahui lahan itu cocok untuk digunakan tanaman apa," jelasnya.
Tak hanya itu, sistem tersebut lanjut Pandu juga bisa melihat seperti apa perilaku petani dalam budi daya serta penggunaan sarana produksinya. Konsumsi pupuk dan penggunaan bahan kimia dapat terdeteksi untuk dianalisis dari segi finansialnya.
"Output akhir adalah kami bisa memetakan estimasi hasil produksi. Karena ini penting untuk menentukan harga, melihat supply and demand termasuk penentuan spot dan zona produksi. Semua itu nantinya akan terintregasi hanya dalam satu sistem ini," jelasnya.
Dari pertemuan itu, Ganjar sangat setuju dan meminta segera dilakukan uji coba. Gian mengatakan, pihaknya menargetkan awal Desember sistem itu sudah bisa dijalankan.
"Besok kami langsung diminta Pak Ganjar menindaklanjuti dengan dinas terkait, minggu depan kita sudah punya model kerja dan awal Desember sudah bisa dikerjakan," tuturnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan siap mendukung terwujudnya sistem itu. Kepada Gian, Anindita dan Pandu, Ganjar meminta sistem itu segera diuji cobakan.
"Ini keren, dari paparannya sudah sesuai dengan keinginan saya. Saya minta segera diujicobakan. Jangan lama-lama, kalian butuhnya apa langsung bilang ke kami," ucapnya.
Ganjar mengatakan memang sudah sejak lama ingin memperbaiki sektor pertanian. Perbaikan hanya bisa dilakukan jika data pertanian benar-benar akurat.
"Jadi mimpi saya itu pengen punya data, siapa, tanam apa, di mana, luas lahan berapa dan kalau panen estimasinya berapa. Kalau data itu bisa kita miliki, maka kebijakan-kebijakan pertanian akan tepat sasaran," jelasnya.
Tak hanya itu, data tersebut juga penting dalam upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan data itu, maka pemerintah bisa mengetahui apakah pangan surplus atau tidak, apakah butuh impor atau tidak dan sebagainya.
"Sehingga kita tidak berkelahi terus soal itu. Ini lho datanya sudah ada. Sekaligus dengan data ini kita jadi tahu, besok musim panen padi, kira-kira panen sekian ton. Jualnya ke mana. Cabai, jagung, kedelai dan lainnya bahkan lebih jauh kita bisa mengendalikan soal harga, sehingga petani tidak terus merugi," pungkasnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia