Gibran Dinilai Masih Jauh dari Kesantunan dan Kebaruan Gagasan

Rabu, 27 Desember 2023 – 03:25 WIB
Calon Wakil Presiden RI nomor urut 2 di Pilpres 2024 Gibran Rakabuming Raka saat tampil di debat cawapres yang digelar KPU di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (22/12) malam. Foto: Ricardo/JPNN.com.

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana mengatakan melihat gaya Gibran Rakabuming pada debat Cawapres pada Jumat, 22 Desember 2023, Gibran masih perlu memoles gaya komunikasi politik dan mimik wajah.

“Hal yang perlu dipoles tentu gaya komunikasi politik dan mimik, ya. Yang perlu diperkuat agar tidak terkesan meremehkan, merendahkan, melecehkan lawan debatnya,” kata Aditya, Selasa (26/12/2023).

BACA JUGA: Barisan RFG Rapatkan Barisan, Bantu Prabowo-Gibran Menang 1 Putaran

Gibran, menurut dia, belum cukup menunjukkan sikap santun, dilihat dari ekspresi wajahnya.

“Dia (Gibran, red) sudah melakukan itu dengan beberapa cara yang memang sudah sopan, tetapi menurut saya tidak cukup karena dalam debat cara bertanya dan merespons juga bisa ditunjukkan dari aura muka dan gestur tubuhnya,” ujar Aditya.

BACA JUGA: RUMI Turki Deklarasi Siapkan Diaspora untuk Menangkan Prabowo-Gibran

Dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia ini juga menilai tidak ada gagasan baru dan besar yang diutarakan Gibran.

“Sebenarnya dari sisi ide dan gagasan besar apa yang disampaikan oleh Gibran tidak ada yang baru, hanya sekadar melanjutkan saja. Padahal kita juga ingin tahu apa saja yang baru dari Prabowo dan Gibran,” ungkap Aditya.

BACA JUGA: Warga Tangsel Antusias Menyambut Bantuan Alat Tenis Meja dari Gardu Ganjar

Selain itu, Aditya menilai Gibran terlalu melekatkan dirinya dengan sang ayah, Presiden Joko Widodo.

“Gibran terlalu melekatkan dirinya dengan Jokowi ini yang sedang dioptimalkan kelihatannya oleh paslon 2, tetapi akan menjadi bumerang ke depan bagi pemilih kritis,” sebut Adit - sapaan akrabnya.

Menurut Adit, masih ada kalangan pemilih yang melihat kualitas, gagasan dan program, ketimbang dia anak siapa dan melanjutkan suksesi apa.

Beruntung, Gibran memiliki pengalaman sebagai kepala daerah dan pengusaha sehingga penguasaan materinya lumayan.

“Terlihat Gibran memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai kepala daerah dan pengusaha sehingga jawaban yang diberikan lebih banyak berdasarkan hal di atas. Jadi, menurut saya memang tidak mengherankan,” ujar Aditya.

Tidak Realistis

Sementara itu, Ekonom dari Universitas Mercu Buana Sugiyono Madelan Ibrahim menyoroti target penaikan rasio pajak (tax ratio) hingga 23 persen yang disampaikan Gibran dalam debat sebagai angka yang kelewat tinggi.

"Angka tax rasio 23 persen itu tergolong tinggi sekali, mengingat tax rasio sekarang 9,21 persen, sehingga angka tadi kurang realistis," ungkap Sugiyono.

Sebelumnya, cawapres Gibran Rakabuming Raka menyebut akan menaikkan rasio pajak hingga 23 persen. Mahfud MD menilai angka penaikan itu tidak masuk akal.

Kendati demikian, Sugiyono menilai debat cawapres telah membuka mata publik terkait kualitas masing-masing cawapres.

"Debat tersebut cukup bagus dan banyak membantu memperkenalkan pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam dan lebih dekat kepada cawapres dan capres,” ujar Sugiyono.

Sugiyono menegaskan unggul di debat bukan lantas akan meneguk keuntungan elektoral.

“Unggul di debat bukanlah segala-galanya, karena konstituen terbanyak adalah generasi Z dan milenial, yang mereka bukanlah pemerhati debat KPU setia,” tegas Sugiyono.

Dia menilai debat cawapres tetap menjadi bentuk kampanye meski disebut jauh dari kualitas substansial.

“Jadi, substansial atau tidak, debat sebagai bentuk kampanye yang lainnya tetap merupakan salah satu sarana untuk melakukan perkenalan kepada masyarakat, konstituen,” pungkas Sugiyono.(fri/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler