Gibran & Kaesang Bukti Indonesia Butuh Pemimpin Muda

Oleh: Haryono Kapitang

Minggu, 03 Desember 2023 – 23:28 WIB
Dokumentasi - Kaesang Pangarep (kiri) dan Gibran Rakabuming Raka di kawasan Jakarta Utara, Sabtu (18/5/2019). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)

jpnn.com - Dua kakak adik itu benar-benar telah menjadi spektrum. Gibran menjadi cawapres, yang kemudian didukung oleh adiknya Kaesang Pengarep lewat Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Fenomena itu menarik bukan karena keduanya anak presiden, melainkan l karena mereka masih muda, yang berada di tengah orang-orang tua, yang sudah berurat berakar dalam dunia politik.

BACA JUGA: Relawan ABJ Sebut Program Makan Siang & Susu Gratis Prabowo-Gibran Gerakkan Ekonomi Rakyat

Koalisi Indonesia Maju (KIM) patut diacungi jempol karena telah menunjuk Gibran jadi cawapres sebab tidak mudah bagi tokoh senior politik untuk memberi kepercayaan kepada orang muda.

Artinya, KIM melihat potensi yang tersimpan dalam sosok Gibran.

BACA JUGA: Billboard Gaspoll Prabowo-Gibran Viral, Bisa Menarik Suara Anak Muda

Begitu pula dengan manuver Kaesang. Gerakannya bersama PSI sungguh luar biasa karena berhasil membuat partai baru itu diterima dalam koalisi besar nan kuat.

Berbeda dengan kelompok sebelah, yang justru melihat PSI sebaliknya, yaitu partai baru yang masih ingusan.

BACA JUGA: Prabowo-Gibran Menjunjung Tinggi Persatuan, Ratusan Musisi Jabar Memberi Dukungan dan Gabung Gaspoll Bro

Segala sikap dan keputusan politik oleh koalisi KIM dan PSI yang makin kuat menandakan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin muda.

Dengan kata lain, kebutuhan tersebut selaras dengan niat untuk meneruskan pembangunan. Langkah meneruskan pembangunan itu membutuhkan strategi yang matang sebab tak bisa sembarangan. Pengalaman saja tak cukup. Energinya juga harus besar.

Tanpa bermaksud merendahkan pihak lain, saya melihat semua hal itu ada pada Gibran dan Kaesang.

Mereka punya segudang tenaga untuk berjuang di jalan itu sebab ada banyak target yang harus dikebut.

Apalagi, tak lama setelah Pilpres 2024, Indonesia akan menghadapi bonus demograf, sebuah kondisi yang tak akan mudah untuk dihadapi oleh orang-orang yang tidak lagi muda.

Bonus demografi adalah momentum bahwa jumlah masyarakat yang berumur produktif lebih banyak daripada yang tidak produktif.

Parahnya, kondisi itu diperburuk dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, yang diprediksi jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah masyarakat yang masih produktif.

Maka, sebagai solusi, sektor ekonomi kreatif menjadi andalan. Dengan adanya kemandirian, akan banyak lapangan pekerjaan yang tersedia.

Menurut prediksi dan hitungan matematis, pelaku industri ekonomi kreatif itu akan banyak digawangi oleh masyarakat yang saat ini masih berumur remaja.

Demi menghadapi kondisi ini, dibutuhkan pula inovasi dan kreativitas dalam pengelolaan negara agar pemerintahan mampu menjawab fenomena demikian.

Jika tidak begitu, angka pengangguran akan melonjak tajam. Akibatnya, ekonomi masuk jurang.

Segala macam bentuk ancaman dalam bonus demografi itu hanya bisa dipahami oleh orang muda.

Mereka paham medan, mengerti kondisi dan tahu apa yang harus dilakukan ketika ancaman nyata itu berdiri di depan mata, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang muda.

Kenapa nasib masa depan orang muda harus diberikan kepada orang muda? Jawabannya mudah: merekalah yang akan mengisi kemajuan itu pada masa depan.

Jika dilihat konteks rencana pembangunan untuk kemajuan itu dari sosok yang lebih tua, bisa-bisa segala rencana malah keluar dari arah yang seharusnya. Mimpi Indonesia Emas 2045 ke laut saja.

Di sisi lain, kepantasan Gibran dan Kaesang dalam hal itu akan teruji. Duo ini yang menjadi spektrum tersebut secara otomatis menjadi jawaban atas semua prediksi masa depan tersebut sebab Indonesia membutuhkan pemimpin muda yang benar-benar muda, bukan yang mengaku-ngaku muda.

Penulis Adalah Ketua DPW Perhimpunan Rakyat Progresif DIY Yogyakarta

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler