PALEMBANG- Puluhan umat Hindu se-Sumsel ikut serta dalam tradisi metatah atau mesangih atau potong gigi. Upacara yang digelar di Pura Agung Sriwijaya kemarin, dikhususkan bagi warga remaja yang mulai beranjak dewasa.
Tradisi unik dari Bali ini dipimpin Pandita Ida Bagus Made Weda selaku Sanging (pemotong gigi). “Sebelumnya ada perasaan agak takut. Sebenarnya tidak dipotong, tetapi di kikir. Dimana enam gigi di kikir atau diratakan termasuk gigi taring,”ujar I Ketut Narsi, remaja perempuan dari Karang Agung ini, usai menjalani metatah.
Metatah yang diikuti 45 remaja ini sudah mendarah daging di kalangan umat Hindu, semua remaja pasti akan mengalami upacara ini. “Biasanya dilakukan untuk remaja yang sudah berumur 16 tahun keatas,’ujar I Gede Jendrawan, salah seorang warga.
Menurutnya, upacara ini adalah salah satu upacara Manusa Yadnya. Tujuannya untuk menghilangkan sad ripu yaitu enam musuh dalam diri manusia, yakni kama (nafsu/keinginan), loba (rakus), krodha (marah), mada (kemabukan), moha (kebingungan), dan matsarya (iri hati). Enam musuh ini dipercaya akan dapat menjerumuskan manusia ke dalam lubang ke Tidak sempurnaan. Makanya 6 musuh ini perlu dihilangkan.
Sebelum di tatah, Sanging akan melafalkan mantra dulu. Saat sebelum di tatah dan sesudah di tatah, gigi akan di sentuhkan dengan cincin yang berwarna merah delima sebagai lambang proteksi. Saat di tatah, pasti ada air liur dan kadang darah yang akan ditampung di kelungah kelapa gading (anak buah kelapa kecil yang berwarna orange), dan itu dipegang oleh ibu si anak yang di tatah.
Remaja yang ditatah akan diberi cermin untuk melihat giginya udah rata belum ato ada yang panjangan satu. kalo udah ga perlu ditatah lagi kalo belum akan di tatah lagi. Selain itu, orang Hindu yang belum ditatah tetapi dia meninggal, maka sebelum dia dikremasi akan di tatah dulu mayatnya. setelah itu baru di kremasi. (roz)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumah Pohon Tertinggi di Dunia
Redaktur : Tim Redaksi