"Kita perlu meratakan Gaza. Seperti Amerika tidak berhenti dengan Hiroshima karena Jepang tidak menyerah maka dengan cukup-cepat mereka menghantam Nagasaki. Di Gaza tidak boleh ada listrik, bensin atau kendaraan bergerak. Ini kita lakukan sampai mereka benar-benar menyerukan gencatan senjata," ujar Gilad Sharon, wartawan Jerusalem Post seperti dilansir rt.com (21/11).
Anak mantan Perdana Menteri Ariel Sharon ini mengatakan, kota Gaza harus pipih, seperti ketika Amerika meratakan kota Hiroshima, Jepang pada 1945 dengan bom atom.
"Militer harus menghapus Gaza dari peta dunia," lanjutnya.
Senada itu, anggota Knesset dan Partai Persatuan Nasional, Michael Ben-Ari, menyatakan, tentara Israel boleh membunuh warga Gaza tanpa harus berpikir atau belas kasihan. "Tidak ada yang tidak bersalah di Gaza, jangan biarkan apapun diplomasi yang ingin terlihat baik di dunia membahayakan kehidupan Anda untuk memotong mereka!," ujar Ari dalam website Hakol HaYehudi.
Dia juga menegaskan kepada tentara zionis Israel untuk mengabaikan Goldstone - merujuk laporan Goldstone ketika ditugaskan PBB saat invasi Israel 2008-2009. Dalam laporan itu terbukti agresi di Gaza, merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun, negeri zionis itu berhasil lolos sanksi atas peran sekutu bebuyutannya Amerika.
Selain mereka, pemimpin agama Yahudi bahkan bergabung dalam aksi militer Israel. Rabi terkemuka, Yaakov Yosef, anak dari mantan kepala rabbi, Ovadia Yosef, dalam khotbahnya di gua Patriark Hebron memberkati tentara IDF dan mendesak mereka "untuk belajar dari orang Aram bagaimana menyembelih musuh."
Sementara statement Menteri Dalam Negeri Eli Yishai yang mengatakan, operasi akan terus dan kemungkinan diperluas. "Menghancurkan dan merusak infrastruktur, gedung-gedung publik dan bangunan pemerintah. Kita harus memastikan bahwa Hamas akan menghabiskan bertahun-tahun membangun kembali Gaza, dan tidak menyerang Israel," ujar Eli, seperti dilaporkan dalam The Israel News Agency.
Beberapa hari sebelumnya, Eli Yishai juga berkata di media Israel, "tujuan dari operasi ini adalah untuk mengirim Gaza kembali ke abad pertengahan, maka Israel akan tenang untuk 40 tahun berikutnya."
Permusuhan ini tentu sangat kontras dengan upaya di Kairo, dimana para pemimpin Arab dan diplomat barat berusaha untuk menuntaskan rencana perdamaian di antara kedua belah pihak.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Abu Dhabi Segera Punya Cabang Museum Louvre
Redaktur : Tim Redaksi