Sutradara Chaerul Umam dipercaya lagi untuk menggarap film itu. Sebelumnya, dia mengangkat novel Habiburrahman El Shirazy dalam film Ketika Cinta Bertasbih 1 dan Ketika Cinta Bertasbih 2.
Skenario Cinta Suci Zahrana ditulis oleh almarhum Misbach Yusa Biran, suami artis senior Nani Wijaya. Film yang diproduksi Sinemart Pictures (SP) itu dibintangi Meyda Sefira, Miller Khan, Kholidi Asadil Alam, dan Citra Kirana.
Cinta Suci Zahrana bercerita tentang seorang perempuan yang bernama Dewi Zahrana (Meyda Sefira). Dia anak tunggal di keluarganya yang sederhana. Zahrana adalah perempuan pintar.
Dia jadi dosen teladan di kampusnya. Zahrana sering dapat penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Sayang, dia lupa satu hal. Yakni, perempuan juga harus membina rumah tangga. Itulah yang jadi keinginan orang tuanya. Apalagi, usia Zahrana sudah 34 tahun.
Meyda Sefira yang masih berusia 24 tahun terlihat apik memainkan peran tersebut. Meski, kata dia, banyak yang harus dipelajari. "Saya harus memerankan tokoh yang usianya lebih tua sepuluh tahun di atas saya. Zahrana ini orangnya sangat berbeda dengan saya. Dia lebih introvert. Cara dia bersikap dengan lawan jenis juga beda," ucap Meyda saat diwawancara setelah press screening film ini kemarin (7/8) di Gandaria City, Jakarta Selatan.
Ketika akan memproduksi film ini, pihak Sinemart Pictures membuka open casting. Meyda pun ikut. "Saya ikut casting itu sudah hampir tutup waktunya. Alhamdulillah, saya dapat perannya," katanya.
Meyda mulai main film pada 2009. Dia memulai peran sebagai peran pendukung di film Ketika Cinta Bertasbih 1 dan Ketika Cinta Bertasbih 2. Kini dia mendapatkan peran utama dalam film. "Kata orang, semakin besar perannya semakin besar tanggung jawabnya. Saya juga begitu. Saya berusaha untuk bisa menjalankan amanah ini dengan baik," ucapnya.
Dia senang bisa kembali terlibat dalam film yang diangkat dari novel Habiburrahman El Shirazy. Apalagi, skenarionya ditulis oleh mendiang yang dikenal sebagai pejuang film. Menurut Chaerul Umam dan Habiburrahman El Shirazy, ini adalah skenario terakhir yang diselesaikan Misbach Yusa Biran sebelum meninggal.
"Saya bilang kepada Sinemart Pictures bahwa saya ingin skenario novel saya ini ditulis oleh beliau. Sempat ada yang berkomentar, apa tidak takut kehilangan gaya popnya karena beliau sudah tua. Saya jawab, insya Allah tidak karena saya akan mendampingi," jelas penulis yang akrab disapa Kang Abik itu.
Chaerul Umam menjelaskan, setelah skenario jadi, mereka berdiskusi dengan mendiang. "Bahkan, kami berdebat untuk membahas skenario dan filmnya. Sempat direvisi juga skenario tersebut," katanya.
Setelah terjadi kesepakatan, tim produksi dan mendiang melakukan hunting lokasi bersama di Semarang. "Setelah lokasi udah lock, jadwal syuting udah jadi, kami melakukan syuting tak berapa lama beliau meninggal," tuturnya. (jan/c8/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rindu Gapura Agustusan
Redaktur : Tim Redaksi