JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengingatkan pentingnya upaya menggenjot daya saing masyarakat, termasuk daya saing dalam hal pendidikan guna mewujudkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas.
Pasalnya, kata Gita, Asean Economic Community (AEC) 2015 merupakan tantangan besar yang harus dapat dilalui masyarakat Indonesia dengan baik.
Gita mengatakan, Indonesia adalah pasar potensial produk-produk negara lain. Diperkirakan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia hingga 20 tahun ke depan mencapai Rp 360.000 triliun.
"Oleh sebab itu, jangan sampai tingkat konsumsi di Tanah Air itu diisi oleh produk impor, HP dari China, pupuk dari Srilangka, cangkul buatan Hanoi, dan lainnya. Nggak ada alasan lulusan STM nggak bisa buat cangkul nantinya," kata Gita Wirjawan saat menjadi keynote speech dalam acara Studium Generale dalam rangka pelepasan alumni Magister dan Doktor Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (MP-IPB) di Jakarta, Sabtu (18/5).
Guna meningkatkan daya saing masyarakat ke depan, kata Gita, maka perlu pengembangan industri dalam negeri yang dibangun oleh putera-puteri bangsa ini.
Selain perlu didukung oleh faktor dukungan bantuan pendanaan yang mencukupi, termasuk dari pemerintah, perlu juga didukung oleh faktor SDM yang berkualitas dari sisi pendidikan.
Kedua hal ini sangat mungkin disinergikan ke depan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat di tengah persaingan global.
Khusus peningkatan kualitas SDM, lanjut Gita, perlu ditingkatkannya efektifitas pendanaan APBN di sektor pendidikan yang kini mencapai sekitar 20 persen dari total APBN. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menambah alokasi anggaran beasiswa kepada para putera-puteri Indonesia untuk dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.
Saat ini, jumlah mahasiswa Indonesia yang studi di luar negeri saja masih terbatas dan kalah dengan negara-negara lain.
Gita menilai, jika tingkat pertumbuhan ekonomi dan APBN stabil dalam 20 tahun ke depan, maka anggaran 20 persen pendidikan dapat diakumulasikan sekitar 2,4 triliun US dollar atau sekitar Rp 24.000 triliun. Anggaran itu tentunya sangat cukup untuk meramaikan kampus-kampus di Indonesia, meramaikan IPB, meramaikan kampus-kampus di luar negeri.
"Ini perlu disikapi serius, agar pemberian beasiswa ke depan lebih besar untuk menciptakan agent-agent development di Tanah Air," ujarnya. (sam/jpnn)
Pasalnya, kata Gita, Asean Economic Community (AEC) 2015 merupakan tantangan besar yang harus dapat dilalui masyarakat Indonesia dengan baik.
Gita mengatakan, Indonesia adalah pasar potensial produk-produk negara lain. Diperkirakan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia hingga 20 tahun ke depan mencapai Rp 360.000 triliun.
"Oleh sebab itu, jangan sampai tingkat konsumsi di Tanah Air itu diisi oleh produk impor, HP dari China, pupuk dari Srilangka, cangkul buatan Hanoi, dan lainnya. Nggak ada alasan lulusan STM nggak bisa buat cangkul nantinya," kata Gita Wirjawan saat menjadi keynote speech dalam acara Studium Generale dalam rangka pelepasan alumni Magister dan Doktor Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (MP-IPB) di Jakarta, Sabtu (18/5).
Guna meningkatkan daya saing masyarakat ke depan, kata Gita, maka perlu pengembangan industri dalam negeri yang dibangun oleh putera-puteri bangsa ini.
Selain perlu didukung oleh faktor dukungan bantuan pendanaan yang mencukupi, termasuk dari pemerintah, perlu juga didukung oleh faktor SDM yang berkualitas dari sisi pendidikan.
Kedua hal ini sangat mungkin disinergikan ke depan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat di tengah persaingan global.
Khusus peningkatan kualitas SDM, lanjut Gita, perlu ditingkatkannya efektifitas pendanaan APBN di sektor pendidikan yang kini mencapai sekitar 20 persen dari total APBN. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menambah alokasi anggaran beasiswa kepada para putera-puteri Indonesia untuk dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.
Saat ini, jumlah mahasiswa Indonesia yang studi di luar negeri saja masih terbatas dan kalah dengan negara-negara lain.
Gita menilai, jika tingkat pertumbuhan ekonomi dan APBN stabil dalam 20 tahun ke depan, maka anggaran 20 persen pendidikan dapat diakumulasikan sekitar 2,4 triliun US dollar atau sekitar Rp 24.000 triliun. Anggaran itu tentunya sangat cukup untuk meramaikan kampus-kampus di Indonesia, meramaikan IPB, meramaikan kampus-kampus di luar negeri.
"Ini perlu disikapi serius, agar pemberian beasiswa ke depan lebih besar untuk menciptakan agent-agent development di Tanah Air," ujarnya. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... RI Dapat Pasokan Terbesar Gas Natuna
Redaktur : Tim Redaksi