GNR Buktikan Diri Masih Bisa Tampil Menawan

Senin, 17 Desember 2012 – 03:21 WIB
Vokalis sekaligus front man Guns N' Roses, Axl Rose dan gitaris Ron "Bumblefoot" Thal saat menggelar konser di Mata Elang International Stadium (MEIS) Ancol, Jakarta Utara, Minggu (16/12). Foto: Angger Bondan/Jawa Pos
GUNS N ROSES (GNR) memenuhi janjinya untuk memberi suguhan menawan kepada para penggemarnya di Indonesia. Ribuan pengemar GNR yang memenuhi Mata Elang International Stadium (MEIS) Ancol Minggu (16/12) siang, dibuat takjub oleh penampilan band berjuluk The Most Dangerous Band itu.

Tak kurang dari 32 lagu disajikan dalam pertunjukan berdurasi hampir tiga jam itu. Konser itu juga memberi bukti bahwa tanpa personel asli pendiri GNR, Axl Rose tetap mampu tampil memukau.

Banyak penonton yang awalnya waswas tentang kepastian Axl bakal benar-benar tampil di depan publik Jakarta. Tapi keraguan itu terjawab dengan teriakan sengau yang jadi ciri khas penyanyi kelahiran 6 Februari 1962 itu.

Konser yang dijadwalkan dimulai pukul 13.00, baru dibuka sekitar pukul 13.40. Chinese Democracy dari album terakhir GNR mengawali konser. Selanjutnya meledaklah teriakan penonton ketika intro Welcome to The Jungle dari album Appetite for Destruction terdengar.

Tuntas dengan Welcome to The Jungle, GNR memainkan Mr Brownstone yang masih dari album Appetite for Destruction. Koor penonton dimulai ketika Estranged dilantunkan. Lagu panjang dari Use Your Illusion II itu dimainkan dengan apik, terlebih dengan tiga gitaris dan dua keyboardist sehingga lagunya terdengar padat dan penuh tenaga.

Estranged tuntas, GNR kembali ke Appetite for Destruction yang menjadi debut album mereka. Kali ini giliran Rocket Queen yang dimainkan.

Usai Rocket Queen itu pula Axl mulai menyapa penggemarnya. "Jakarta, how're ya doin'?" sapa front man GNR itu.

Koor penonton kembali menggema menimpali intro Live And Let Die, sebuah lagu cover version milk Paul McCartney yang ada di album Use Your Illusion I. Beberapa penonton cewek di deretan depan panggung seolah terbius sehingga terlihat pasrah dan menangis. Persis dengan penggalan lirik Live And Let Die : "make you give in and cry".

Baru setelah memainkan lagu-lagu dari Appetite for Destruction maupun Use Your Illusion I dan II, Axl kembali ke album Chinese Democracy. Better dinyanyikan yang disusul dengan This I love.

Axl tak lupa memperkenalkan para musisi GNR dalam formasi terkini untuk menurunkan tempo. Namun tentu saja sambutan paling meriah diberikan kepada Dizzy Reed, pemain piano yang sudah menjadi Gunner -sebutan bagi personil GNR- sejak dobel album Use Your Illusion.

Setelah diperkenalkan, Dizzy langsung ambil posisi di piano yang ada di tengah panggung. Pemain piano berambut keriting itu langsung bermain solo dengan sebuah grand piano. Pilihan lagu solonya adalah No Quarter milik Led Zeppelin.

Setelah menurunkan tempo, GNR kembali membuat pennon melonjak dengan You Could be Mine, salah satu hits dari Use Your  Illusion II. Penonton kembali bersorak dan berteriak ketika gitaris GNR, DJ Ashba dengan Gibson Les Paul putih bergambar Marilyn Monroe memainkan intro Sweet Child O'Mine. Tiga gitaris GNR, yakni DJ Ashba, Ron "Bumblefoot" Thal dan Richard Fortus bergantian memainkan interlude "lagu kebangsaan" bagi para penggemar GNR itu.   Tuntas dengan Sweet Child O'Mine, Axl yang beberapa kali ganti kostum memberi kesempatan kepada DJ Ashba dan Ron Bumblefoot berkolaborasi memainkan The Wall milik Pink Floyd. Axl pun menimpalinya dengan piano.

Selanjutnya, Axl mulai memainkan solo piano sebagai prolog November Rain, sebuah lagu yang banyak dinanti para cewek penggemar GNR. Dalam lagu ini pula Axl menunjukkan "kharismanya" sebagai penghibur kelas dunia.

Tak hanya teriakan dan mengajak penonton bernyanyi, GNR juga memberi kejutan. Ron tiba-tiba memainkan lagu Indonesia Raya. Sontak suara koor pun menggema.  Ternyata Indonesia Raya itu menjadi prolog sebelum GNR memainkan Don't Cry.

Kelar dengan lagu sentimentil, GNR menyuguhkan Civil War. Lagu tentang peperangan itu disambung dengan lagu perdamaian berjudul Knockin' on Heaven's Door. GNR mengajak penonton bergoyang karena menyelipkan irama reggae di tengah-tengah lagu karya Bob Dylan itu.

Saat lagu ini pula Axl mempertontonkan kebiasannya berlarian di panggung. Lebar panggung seolah memang tak cukup bagi Axl untuk berlarian seperti yang dilakukannya dalam video-video klip GNR pada era 1990-an.

Setelah lagu itu, Night Train mengalun. Tuntas dengan Night Train, seluruh personil GNR menyingkir dari panggung. Spontan  penonton berteriak "We want more".

Permintaan itu pun dituruti GNR. Kali ini Ron dan Richard Fortus menyandang gitar akustik. Diawali siulan Axl, Patience dari album GNR Lies pun dimainkan.

Patience tidak dibawakan seluruhnya dalam versi akustik. Sebab bagian interlude diisi dengan sayatan electric guitar DJ Ashba. Tapi ciri khas suara Axl benar-benar dimunculkan dan dieksploitasi dalam lagu ini.

Konser akhirnya dipungkasi dengan salah satu hits dari Appetite for Destruction : Paradise City. Penggalan syair dari  Paradise City seolah-olah menjadi sinyal bagi penonton bahwa GNR hendak mengakhiri konser. "Take me home…yeah…," kata Axl. Benar saja, Paradise City memang jadi lagu terakhir.

Axl yang kini lebih gemuk justru bisa menjaga kualitas suara. Sepanjang pertunjukan, Axl yang kini sudah menginjak usia setengah abad tak pernah meleset menggapai nada.

Penampilan delapan Gunner itu seolah menjawab pertanyaan tentang kualitas bermusik GNR pascahengkanynya personil asli seperti gitaris Saul "Slash" Hudson, basis Duff McKaggan, rhythm guitarist Izzy Stradlin, maupun drummer Steven Adler yang posisinya sebagi pengebuk drum sempat digantikan Matt Sorum.

Tapi kini dengan satu tambahan keyboardist, yakni Chris Pitman, musik GNR menjadi padat. Sementara untuk posisi basis, kini dipegang Tommy Stinson. Seleranya yang agak punk juga tak beda jauh dengan Duff McKaggan. Sedangkan gebukan drum Frank Ferrer juga tak mengurangi kegarangan musik GNR saat masih diiringi Matt Sorum maupun Steven Adler.

Dalam konser itu mayoritas materi lagu memang masih diambil dari album-album sebelum Chinese Democracy. Tapi memang itu pula  sepertinya yang ingin ditawarkan Axl dan para punggawa GNR saat ini, yakni menyajikan memori. Seperti halnya salah satu penggalan You Could Be Mine : "…collect another memories…"

Yang pasti, GNR telah membayar hutang kepada para penggemarnya di Indonesia. Di penghujung konser, Axl yang tak pernah lepas dari kacamata hitamnya mengekspresikan ketakjubannya pada penonton yang memadati MEIS.   "Thank You for coming up today, You're amazing. We love you," kata Axl yang sempat melemparkan mikrofon ke arah penonton sebagai kenang-kenangan pertunjukan GNR di Jakarta.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cuti Syuting, Temani Istri Melahirkan

Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler