"Lihat saja kursi Golkar di DPRD DKI sekarang ini cuma tujuh kursi. Untuk maju dalam pilgub sekarang ini saja Golkar perlu bantuan koalisi dari PPP dan PDS. Jadi memang DKI ini medan yang berat bagi Golkar," kata Hajrianto, di Jakarta, Kamis (12/7).
Dijelaskan, pemilih DKI Jakarta itu memang memiliki karakter yang unik dan sangat berbeda dengan pemilih di daerah lain. "Tidak salah memang kalau namanya Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Rakyat Jakarta itu memang khusus. Lihat saja pemilu-pemilu sejak zaman Orde Baru, DKI Jakarta itu hampir-hampir tidak pernah bisa ditaklukkan Golkar," katanya.
Bahkan, kata dia, pada masa Pemerintahan Presiden Suharto sedang kuat-kuatnya, Golkar kalah di Jakarta.
"Perhatikan saja Pada awal reformasi yang menjadi pemenang adalah PDIP, tetapi pada pemilu 2004 PKS berada di atas. Walhasil, kekalahan cagub Golkar di Pilgub DKI Jakarta 2012 ini tidak perlu terlalu didramatisasi sebagai indikasi kekalahan Golkar secara nasional," kata Hajrianto.
Karena dia menilai pemilih Jakarta itu sangat rasional, situasional, dan likuid sekali. Menurutnya, tidak ada pemilih tradisional yang fanatik di DKI ini.
Maka parpol-parpol harus benar-benar bermain cerdas di kota ini. "Tidak bisa asal pukul begitu saja. Harus benar-benar cerdik dan piawai mengatur taktik dan strategi," katanya.
Dia menjabarkan, dalam konteks dan perspektif seperti ini lantas bagaimana posisi Partai Golkar selanjutnya dalam putara kedua nanti? "Saya berpendapat lebih baik PG tidak koalisi dengan partai atau calon gubernur manapun. Bebaskan anggota PG untuk memilih. Sementara PG mencermati keadaan dengan tajam untuk dijadikan bahan perumusan strategi menghadapi Pemilu 2014," katanya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Golput, Ical Pilih Liburan ke AS
Redaktur : Tim Redaksi