MAKASSAR - Ancaman pemecatan Jusuf Kalla (JK) sebagai kader Golkar dapat menjadi bumerang bagi partai berlambang beringin rimbun itu. Golkar bahkan merugi memecat salah satu kader terbaiknya.
Penilaian ini dikemukakan pengamat politik Universitas Hasanuddin, Prof Armin Arsyad dan Dr Darwis secara terpisah, Selasa (17/7). Keduanya menyikapi kesiapan JK bila dipecat Golkar bila ada partai politik yang mengusungnya sebagai calon presiden.
Prof Armin Arsyad menilai, sikap JK buah dari tidak etisnya mekanisme dan kebijakan yang dijalankan Partai Golkar. Dia bahkan menyebut keputusan mencalonkan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie sebagai oligarki politik.
"Elite partai sudah memperalat partai untuk melegitimasi dirinya sebagai calon yang harus diusung. Di sisi lain, hak politik kader lainnya justru "diperkosa"," kata Armin.
Penilaian itu berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga menempatkan JK di posisi yang jauh lebih unggul dari Ical. Bila toh tetap dipaksakan untuk mengusung Ical sebagai capres melalui rapimnas, kata dia, pelaksanaan survei sekadar formalitas.
Bila Golkar benar membuktikan ancamannya memecat JK yang diusung partai lain di Pilpres 2014, Armin menilai sebagai bentuk kerugian. "JK kader Golkar terbaik yang justru dimanfaatkan partai lain. Sulit mendapatkan kader sebaik JK," katanya.
Keputusan JK yang enteng menyatakan siap dipecat oleh Golkar, kata dia, menunjukkan siapa sebenarnya yang paling membutuhkan. Kendati tanpa Golkar sekalipun, banyak partai lain yang justru memercayakannya sebagai calon yang pantas diusung.
Lagipula, JK hanya menerima pinangan partai politik lain karena potensi besar yang dimiliki, bukan menawarkan diri untuk diusung. "Sikap JK untuk keluar bila dipecat sangat tepat daripada bertahan dari pengkhianatan partai yang tidak menjalankan mekanisme," kata Armin.
`
Terpisah, Dr Darwis juga menilai pernyataan JK dinilai sebagai langkah tepat. JK tidak perlu melawan keputusan dan bertahan di Golkar. "Untuk apa JK bertahan. Toh, juga tidak akan memperoleh apa-apa dari Golkar yang sudah menetapkan calon," katanya.
Lagipula, JK hanya dipinang partai lain yang menganggapnya potensial, bukan menyodorkan diri atau memaksakan diri diusung sebagai calon presiden. Darwis menilai pinangan yang muncul dari partai lain wajar saja diwacanakan, sehingga Golkar mestinya tidak perlu terlalu reaktif menanggapinya.
Mantan anggota KPU Sulsel itu menilai Golkar tidak akan memecat JK dalam waktu dekat. Apalagi, pemilu presiden masih cukup lama. Justru pemecatan dapat menimbulkan ekses yang berdampak pada kerugian Golkar yang akan menghadapi perhelatan pemilukada di beberapa daerah, pemilu legislatif, hingga pencalonan presiden.
"Pemecatan JK bisa menjadi bumerang. Bila JK dizalimi, Golkar bakal menanggung akibat ditinggalkan konstituen yang menaruh simpati. Ada fenomena di masyarakat lebih memilih figur yang dizalimi," ujar Darwis.
Ancaman yang terus diumbar kepada JK yang terus mendapat dukungan dan pinangan partai lain dinilai Darwis bentuk ketakutan Golkar. Apalagi, popularitas JK terus menanjak dan lebih baik dibanding Ical.
"Bisa dimaknai, ada upaya Golkar menghalangi JK maju di pilpres dengan segala ancaman. Bila Golkar yakin dengan calon yang diusungnya, mestinya tidak perlu bersikap keras jika ingin maju. Apalagi JK kader sendiri," tuturnya.
Kerugian lain yang ditanggung Golkar, isu pemecatan JK justru dimanfaatkan lawan politiknya. Selain partai terlihat bermasalah, soliditas partai juga meragukan dan dapat memengaruhi pemilih. (rif)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hatta Malu-Malu, PAN Cari Waktu
Redaktur : Tim Redaksi