Gowes Bersama Joy Riders, Komunitas Sepeda Terbesar Singapura (1)

Hanya Libur Senin, Karena Itu Hari Membosankan

Selasa, 08 Mei 2012 – 00:08 WIB
Penulis (tengah) bersama anggota komunitas Joy Riders Singapura.

Joy Riders, komunitas sepeda terbesar Singapura, diprakarsai dan dikelola sendirian oleh Joyce Leong, perempuan berusia 56 tahun. Kini anggotanya lebih dari 1.000 orang dan seminggu enam kali gowes bareng.

AZRUL ANANDA, Singapura

SILAKAN tanya para penghobi berat sepeda, khususnya road bike yang hampir setiap hari berlatih. Andai tidak bisa mengayuh selama beberapa hari, kebanyakan mungkin bilang badan rasanya tidak enak. Atau minimal takut kondisi badan (yang lama dibangun) menurun.

Dalam tiga pekan terakhir saya hampir dua pekan di Singapura. Bukan liburan, melainkan menemani anak menjalani pengobatan. Sudah delapan bulan ini aktif latihan road bike (sepeda balap), tentu rasanya gatal (dan lesu) ketika lama absen.

Oleh Prajna Murdaya, teman saya yang juga penggemar road bike, saya pun dikenalkan ke Joy Riders. Kebetulan, ketika itu Prajna juga di Singapura, menantikan kelahiran anaknya yang ketiga. Kebetulan lagi, ukuran sepeda dia dengan saya sama. Jadi, saya dapat pinjaman yang pas.

Sebelumnya, saya sama sekali tak punya bayangan apa itu Joy Riders. Saya pikir komunitas biasa saja. Info dari Prajna, komunitas ini hampir setiap hari latihan keliling kota, selalu berangkat pukul 05.00 di kawasan Upper Thomson. Pukul 07.00-08.00 sudah selesai, lalu semua berangkat kerja.

Ternyata, ini bukan komunitas biasa. Setelah beberapa kali ikut latihan bersama mereka, saya malah kagum dan dapat banyak inspirasi. Apalagi, anggotanya sangat beragam. Ada tua, ada muda. Ada warga Singapura, banyak warga asing yang tinggal di Singapura. Dan, banyak yang perempuan dan mereka jago ngebut naik sepeda!

Apalagi setelah tahu Joy Riders itu komunitas terbesar di Singapura, dengan anggota lebih dari 1.000 orang! Semua itu dikelola oleh seorang perempuan berusia 56 tahun bernama Joyce Leong.

***

Untuk kenal Joy Riders, pertama harus kenal dulu Joyce Leong. Perempuan kelahiran Penang, Malaysia, 10 Januari 1956 itu benar-benar memulai komunitas ini tanpa disengaja.

Joyce, yang pensiun dari pekerjaan sebagai advertising sales, dulu punya hobi ikut triathlon. Lari, bersepeda, dan renang. Hingga sekitar enam tahun lalu. Kata dokter, dia sudah tidak boleh lagi lari karena masalah punggung.

"Mau renang saja juga kurang asyik. Renang itu boring (membosankan, Red). Tidak bisa ngobrol sama orang saat melakukannya," aku Joyce.

Bersama beberapa teman, Joyce pun rajin bersepeda. Seiring berjalannya waktu, tiba-tiba saja kelompoknya membesar. Seorang teman lantas membuka forum online, dan Joy Riders pun terbentuk dengan sendirinya. "Sekarang anggota kami sekitar 1.029 orang. Mungkin lebih," ungkapnya.

Nama "Joy" tentu saja diambil dari nama depan Joyce. Kebetulan, "joy" juga berarti kesenangan. Dan, komunitas ini terbentuk karena semua punya kesenangan yang sama.

Joyce, yang "jobless," mengelolanya secara full time di apartemennya, yang berlokasi tidak jauh dari Orchard Road. Di sana dia tinggal bersama suami, seorang wiraswastawan, dan dua anak yang sudah berusia remaja.

Walau dikelola sendiri, Joy Riders sangat tertata rapi. Untuk menjadi anggota tidak ada iuran bulanan atau tahunan. Cukup datang ke tempat tinggal Joyce, membeli jersey seragam Joy Riders. Harganya 90 dolar Singapura sepasang (jersey dan celana) untuk tangan pendek, 120 dolar untuk tangan panjang. Sejumlah sponsor turut mendukung, dan logo mereka terpampang di jersey tersebut.

Setelah itu Joyce akan memotret anggota baru mengenakan jersey, lalu mem-posting fotonya di situs resmi komunitas. Anggota baru juga diminta mengisi data diri secara online, dan tergabung di forum untuk mengikuti update terbaru komunitas.

Sebenarnya, cara pengelolaan ini juga bukan hal baru. Banyak komunitas di Indonesia juga sama. Termasuk Surabaya Road Bike Community (SRBC), tempat saya ikut bergabung sehari-hari. Tapi, Joyce menggunakan situs secara lebih jauh.

Setiap pagi, saat berkumpul di Longhouse di Upper Thomson (detail perjalanan bersepeda dan aturan jalanan akan dilanjutkan di seri kedua), Joyce akan memberi tahu semua anggota tentang password hari itu. Jadi, setelah riding, semua bisa meng-input password itu secara online, dan bisa mendapatkan poin.

Semakin banyak poin, semakin besar peluang anggota mendapatkan door prize yang disediakan sponsor. "Kalau ikut event, poinnya lebih," tambah Joyce.

Karena sifatnya tidak terlalu "terikat" dan tidak ada iuran tetap, banyak anggota justru jadi betah ikut Joy Riders. Mereka bisa bergabung riding bersama kapan saja, sesuai kebutuhan kerja masing-masing. Maklum, jadwal riding sangat pagi dan setiap hari bisa mengakibatkan anggota harus mengorbankan beberapa hal lain.

"Kalau setiap hari, sulit menyesuaikan dengan kehidupan sosial. Termasuk kehidupan malam. Ha ha ha" kata seorang anggota Joy Riders, seorang pimpinan perusahaan software di Singapura.

Bagi para ekspatriat, Joy Riders juga menjadi alat ideal untuk mengenal Singapura dan mencari teman selama bekerja atau bertugas di sana. Ambil contoh David Lavery, pengacara perusahaan minyak asal Kanada. Lavery sudah setahun ini tinggal di Singapura, setelah sebelumnya tinggal lama di Abu Dhabi.

"Saya bergabung sejak pindah dari Abu Dhabi. (Joy Riders) ini grup yang sangat social (akrab). Dan, itu penting bagi seseorang yang baru saja pindah ke Singapura," ucapnya.

Lavery sendiri punya julukan kocak, "Captain Suzie." Usut punya usut, ketika perayaan Imlek, dialah pemenang kontes China Doll dalam pesta yang diselenggarakan Joy Riders. Artinya, dia menang karena dandan paling heboh sebagai perempuan!

Joyce memang suka memberikan julukan kepada para anggotanya. Karena nama saya Azrul, Joyce sempat memberikan julukan "ACE-zrul." Lumayan, "Ace" kan berarti jagoan ha ha ha..

Tentu saja, meski sifatnya rekreasional, Joy Riders sangat serius dalam mengutamakan keselamatan dalam bersepeda. Cara mereka mengatur rombongan serta menghadapi aturan bersepeda di Singapura juga bisa dijadikan inspirasi. (bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... David Donaldson, Delapan Tahun Berjuang Membebaskan Anak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler