GP Ansor Sebagai Agen Ukhuwah Islamiah dan Penjaga Nilai-nilai Pancasila

Minggu, 07 Februari 2021 – 11:43 WIB
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menghadiri acara Rembuk Nasional Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Islamiah yang diselenggarakan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) yang bertema “Bersaudara dari dan Demi Indonesia” pada Sabtu (6/02/2021). Foto: Dok. BPIP.

jpnn.com, PANGKAL PINANG - Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menyelenggarakan acara Rembuk Nasional Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Islamiah bertema "Bersaudara dari dan Ddemi Indonesia" pada Sabtu (6/2/2021.

Acara ini dihadiri oleh oleh Menteri Agama sekaligus ketua Umum GP Ansor yaitu Yaqut Choilil Coumas dan dihadiri beberapa tokoh Nasional maupun daerah.

BACA JUGA: GP Ansor Gelisah, Makin Banyak Anggota Rombongan Jemaah Liar Berkeliaran

Sejumlah tokoh yang hadir di antaranya Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo, Anggota DPR RI Bangka Belitung dari Fraksi PDIP Rudianto Tjen, Tokoh Masyarakat Bangka Belitung Basuri Cahaya Purnama, Ketua Pemuda Katolik Komda Bangka Belitung Me Hoa secara daring serta seluruh Ketua Wilayah GP Ansor di seluruh Indonesia.

BACA JUGA: PDIP Puji NU Sebagai Benteng dalam Menjaga Pancasila dan NKRI

Acara ini dibuka oleh Masmuni sebagai pimpinan Wilayah Bangka Belitung. Masmuni menjelaskan tentang Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Islamiah yang harus dijaga oleh seluruh masyarakat seluruh Indonesia.

"Ukhuwah wathaniyah yakni saudara dalam arti sebangsa walaupun tidak seagama atau satu suku. Harus tetap menjalin persaudaraan dan persatuan," jelasnya.

BACA JUGA: Terungkap Jejak Munarman di Dalam Jaringan Teroris JAD, Petrus: Cekal dan Tangkap!

Kapolda Bangka Belitung Anang Syarif Hidayat dalam kesempatan ini menyatakan GP Ansor harus menjaga dan mempertahankan visinya untuk kesatuan NKRI.

“Sangat berharap GP Ansor mempertahankan visi misi dalam menjaga keutuhan persaudaraan bangsa ini. Mari bersama sama menjaga keutuhan bangsa ini," tegas Anang.

Anang menambahkan bahwa masalah yang kerap kali terjadi di Indonesia adalah radikalisme dan isu terkait SARA.

"Masalah yang kerap terjadi di Indonesia adalah radikalisme. Banyak cara dan kedok yang digunakan baik budaya dan agama. Saya yakin GP Ansor tidak ada berafiliasi tergabung dalam hal ini," jelasnya.

Dalam pertemuan ini, Anang juga berharap agar dalam penyelenggaraan acara ini serta dalam kehidupan bermasyarakat agar dapat mematuhi protokol kesehatan guna memotong rantai penyebaran virus corona.

Menteri Agama sekaligus ketua GP Ansor Yaqut Choilil Coumas menyatakan bahwa komitmen GP Ansor terhadap NKRI dan Pancasila tidak perlu dipertanyakan lagi.

"Terkait Ukhuwah Islamiah tidak hanya sekadar persaudaraan semua umat Muslim, tetapi ukhuwah Islamiyah juga merupakan persaudaraan yang dapat menunjukkan nilai-nilai keislaman yang baik," ujar Yakut.

Yakut menambahkan bahwa Indonesia sudah sesuai dengan syariah, karena  juga didirikan oleh pemimpin dan alim Ulama organisasi organisasi islam jadi mustahil tidak memenuhi nilai keislaman.

"Agama harus menjadi inspirasi bagi kehidupan karena agama memiliki nilai-nilai kebaikan dan kehormatan maka segala tindakan, termasuk usaha menjaga agama tidak boleh bertentangan dengan kemaslahatan semua orang," tegas Yakut.

Hal senada disampaikan oleh Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Benny Susetyo  bahwa pentingnya menjaga persatuan dan persaudaraan dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Benny menambahkan bahwa jika sila pertama dibatinkan maka nilai kemanusiaan itu akan selalu tercermin.

 "Jika sila pertama dibatinkan oleh semua orang termasuk pejabat dan pemangku kepentingan tidak akan ada lagi korupsi dan masalah lainnya karena takut kepada Tuhan. Bahkan ujaran kebencian pun tidak akan ada. Nilai kemanusiaan akan tercermin," tegas Bennya.

Benny menambahkan masyarakat Indonesia sekarang menghadapi tantangan akibat dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

“Manusia menjadi alat atau seperti robot dan terasing dari realitas yang beragam hingga tenggelam dalam kebenarannya sendiri yang sesungguhnya telah dibajak dan digunakan oleh kepentingan lain seperti perpecahan dan politik identitas hingga mereka tenggelam lebih banyak dalam hoax dan ujaran kebencian," tuturnya.

Sila pertama dijelaskan Benny harus dibatinkan oleh setiap orang.

“Ketuhanan yang maha esa adalah setiap kebijakan dan tingkah laku yang dibuat mencerminkan nilai nai ketuhanan, bukan sekedar formalitas hingga lebih mengedepankan identitas agama dan melupakan nilai nilai ketuhanan," tegasnya.

Benny berharap GP Ansor harus mampu memberikan jawaban terhadap tantangan tantangan zaman ini seperti dehumanisme dan ujuran kebencian di ruang publik yang mendistraksi perkembangan bangsa indonesia.

"Medsos diisi dengan hal produktif dan mampu membuat perubahan positif bagi bangsa. Kunci persaudaraan adalah yang bisa menyatakun kita, Ekslusifitas agama juga harus dihentikan karena ini yang mendorong radikalisme dan perpecahan akibat politik identitas,mengembalikan fitrah kebangsaan dan Pancasila," jelas Benny.

Benny berharap pembumian dan penanaman nilai Pancasila ini adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat tanpa terkecuali.

Semua pihak agar dapat mendorong pengembalikan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan upacara bendera pada tata pendidikan indonesia dengan memasukkannya dalam perubahan UU Sisdiknas.

Romo Benny dalam kesimpulannya menyatakan bahwa GP Ansor dapat menjadi agen persatuan serta mampu membantu membumikan  Pancasila sebagai sarana perekat bangsa.(fri/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler