MANAMA - Kondisi politik Bahrain yang masih juga belum stabil kembali memberikan ancaman pada terselenggaranya Grand Prix Bahrain. Situasi sulit yang tak kunjung mereda membuat FIA belum mengambil keputusan terkait jadi atau tidaknya GP Bahrain musim ini. Padahal, menurut jadwal, GP Bahrain sudah akan dilangsungkan pekan depan.
Secara Intensif, FIA terus memonitor kondisi terbaru di Bahrain. Mereka punya kepentingan untuk mencegah terjadinya pembatalan seperti yang terjadi tahun lalu. Namun, situasi yang berkembang menunjukkan ancaman keamanan masih sangat rentan untuk memaksakan GP Bahrain 22 April.
Musim lalu GP Bahrain urung dihelat, setelah sempat mengalami penundaan, akibat kondisi politik di negara tersebut. Suhu politik yang memanas tak mampu dikendalikan pihak keamanan. Harapan untuk menggelar GP Bahrain musim ini, tetapi pada prosesnya hal itu jadi tanda tanya.
Sudah banyak pihak yang menentang jika di saatnya nanti FIA memaksakan digelarnya GP Bahrain. Sementara sejumlah pihak yang tadinya ingin agar balapan tahun ini bisa dilangsungkan, belakangan mulai beropini sebaliknya.
"Saya pikir (situasi di Bahrain) saat ini sedang memanas, yang mana bukan kondisi bagus untuk pergi ke Bahrain, karena justru bisa menuai cibiran," komentar Damon Hill, yang pada awalnya gencar mendukung GP Bahrain 2012, seperti diungkapkannya pada BBC.
"Ini adalah keputusan sulit dan saya risau kalau F1 akan dicap tidak peduli (dengan kondisi di Bahrain), dan itu akan sangat mencoreng citra F1," lanjut juara dunia F1 1996 itu.
Sementara media Inggris lainnya, Guardian menyebutkan, seorang Team Principal F1 yang tidak disebutkan namanya mengemukakan keraguannya bahwa kondisi di Bahrain cukup kondusif untuk menggelar balapan. Yang paling menjadi sorotan adalah jaminan keamanan selama tim-tim F1 bersiap dan berlomba di Sirkuit Sakhir.
"Sangat tidak nyaman pergi ke Bahrain. Jika boleh jujur, satu-satunya cara mereka bisa melangsungkan balapan ini tanpa insiden adalah dengan isolasi militer penuh di sana. Dan saya pikir itu tak dapat diterima, baik untuk F1 maupun Bahrain. Tapi saya tak melihat cara lain," ujar prinsipal tim tersebut.
Kepastian dari FIA tak kunjung muncul. Menanggapi gonjang-ganjing seputar balapan yang dijadwalkan pada 22 April tersebut, FIA menegaskan terus memantau dan mengevaluasi situasi di Bahrain.
"Kami berkomunikasi setiap hari dengan otoritas tertinggi, kedutaan-kedutaan Eropa dan tentu saja promotor di BIC (Bahrain International Circuit) serta promotor internasional," kata juru bicara FIA kepada Daily Telegraph.
"FIA adalah penjamin keamanan di setiap ajang balapan dan seperti halnya di setiap negara, mengandalkan otoritas lokal untuk memberikan jaminan keamanan. Mengenai hal itu kami sudah berulangkali diberikan jaminan, oleh otoritas tertinggi di Bahrain, bahwa semua aspek keamanan masih dalam kendali," lanjutnya.
Supremo F1 Bernie Ecclestone pun menyatakan rasa drustrasinya terkait perkembangan di Bahrain. Dia mengaku tak bisa lagi memaksa tim-tim F1 untuk datang ke Bahrain. Menurutnya, kalau tim-tim sudah tak mau, maka tak ada yang bisa memaksa mereka pergi ke sana.
"Kami tak bisa bilang "Anda harus pergi", meski mereka bisa merusak kesepakatan dengan kami jika mereka tak pergi. Secara komersial mereka harus pergi, tapi apakah mereka memutuskan pergi atau tidak, itu keputusan mereka," tuntas Ecclestone. (ady)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PBSI Gelar Simulasi Piala Uber
Redaktur : Tim Redaksi