jpnn.com, BALI - Forum The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022, melahirkan tujuh rekomendasi agenda Bali untuk resiliensi bencana.
Rekomendasi tersebut lahir melalui rangkaian agenda pertemuan yang mempertemukan seluruh delegasi dari berbagai negara di Bali Nusa Dua Conventions Center (BNDCC), Bali.
BACA JUGA: Soal Medina Zein, Raffi Ahmad: Aku Berkawan, Tetapi Kalau Sudah Melampaui Batas, Setidaknya..
Perwakilan Khusus Sekjen UNDRR, Mami Mizutori menerangkan, UNDRR tidak menggunakan istilah 'Bencana Alam' sebagai kampanyenya.
UNDRR meyakini, bencana alam sebenarnya tidak ada. Bagi mereka, bahaya baru akan berubah menjadi bencana lantaran keputusan manusia.
BACA JUGA: 4 Bahan Alami Ini Ampuh Merapatkan Miss V, Suami Dijamin Makin Puas
"Berita baiknya adalah karena keputusan manusia lah yang membuat bencana lebih mengerikan, keputusan manusia juga yang dapat membalikkan kecenderungan ini, mengurangi dampak bahaya, mengurangi dampak bencana ketika menimpa kita," ungkap Mizutori.
Selama pertemuan, Indonesia telah mendorong peningkatan kerja sama internasional.
BACA JUGA: Bakal Laporkan Juragan99, Farhat Abbas: Jangan Merusak Diri Sendiri
Kolaborasi tersebut diharapkan berjalan berdasarkan prinsip penguatan budaya sadar bencana dan edukasi untuk pengurangan risiko.
GPDRR ke-7 ini mengangkat tema besar "From Risk to Resilience: Towards Sustainable Development for All in a COVID-19 Transformed World."
Sebagai tuan rumah, Indonesia mengusung tema “Memperkuat Kemitraan Menuju Resiliensi Berkelanjutan.”
Adapun secara keseluruhan, GPDRR ke-7 ini berhasil merekomendasikan "Tujuh agenda Bali untuk resiliensi."
Rekomendasi pertama, adalah pengurangan risiko bencana perlu diintegrasikan pada kebijakan-kebijakan utama pembangunan, pembiayaan, legislasi, dan rencana pencapaian pascaagenda 2030.
Kedua, perubahan sistemik yang dapat memperhitungkan kerugian yang sesungguhnya dari bencana dan kerugian dari ketiadaan aksi, serta membandingkannya dengan investasi. Dalam pengurangan risiko bencana.
Ketiga, platform global yang diselenggarakan antara COP 26 dan 27 beberapa waktu lalu, mencermati tingkat emisi saat ini jauh melebihi upaya mitigasi.
Platform global meminta pemerintah untuk menghormati komitmen yang dibuat pada kesepakatan di Glasgow untuk meningkatkan pembiayaan dan dukungan untuk adaptasi dan resiliensi.
Meningkatkan pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi keadaan darurat seraya meningkatkan dan mencapai ambisi iklim tujuan global tentang adaptasi.
Keempat, menerapkan pendekatan partisipatif dan berbasis HAM, untuk memasukkan semua sesuai prinsip "Tidak ada apa-apa tentang kita, tanpa kita" dalam perencanaan risiko bencana dan implementasinya pada masyarakat yang berisiko.
Kelima, platform global memberikan rekomendasi yang dapat mendukung pelaksanaan seruan Sekretaris Jenderal PBB, untuk memastikan setiap orang di muka bumi dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.
Keenam, potensi pembelajaran dan pandemi COVID-19 harus diterapkan sebelum jendela peluang tersebut tertutup.
Untuk mendorong sistem manajemen risiko bencana yang adaptif dan responsif dengan kolaborasi multi-pemangku kepentingan disertai dengan empati, solidaritas, kerja sama, dan semangat kesukarelaan khususnya untuk mengatasi ketidakadilan.
Ketujuh, pelaporan yang komprehensif dan sistematis terhadap semua target kerangka kerja Sendai untuk memahami dengan jelas tantangan dan hambatan.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Digelar di Bali, GPDRR 2022 Untuk Mitigasi Bencana Dunia
Redaktur & Reporter : Yessy Artada