jpnn.com, CIREBON - Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) berikhtiar untuk mendorong potensi besar yang dimiliki para pemuda di Jawa Barat untuk diangkat di tingkat nasional.
GPII ingin membangkitkan kembali semangat para pemuda Jawa Barat untuk bisa ikut menyumbangkan ide dan gagasan dalam pembangunan nasional.
BACA JUGA: Respons Mantan Ketum GPII soal Isu Jadi Wakil Menteri
Ketua GPII Jawa Barat, Irwan Sholeh Amir mengatakan, di tanah Sunda sudah terjadi krisis kepemimpinan.
"Kita harus sembuhkan krisis itu. Bisa dimulai dengan kembali menanamkan jiwa organisasi kepada para pemuda," kata dia dalam diskusi di Kota Cirebon, Selasa (2/12).
BACA JUGA: GPII Dukung Aparat Tindak Tegas Perusuh Pelantikan Presiden
Irwan sedikit mengulas kiprah GPII sebagai organisasi yang sudah lahir dua bulan setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya 20 Oktober 1945.
Menurut dia, kontribusi GPII dalam pembangunan nasional sudah tidak perlu diragukan lagi.
Dia menambahkan, GPII merayakan ulang tahun ke-74 pada 2 Oktober 2019.
"Jadi, ini bukan organisasi baru, ada perjalanan sejarah yang panjang. Saya ingin mengenalkan kembali bahwa sejarah panjang ini harus dilanjutkan," ungkap Irwan.
Dalam sejarahnya, lanjut Irwan, perjuangan pemuda mengalami pasang surut. Akan tetapi, menurutnya, para pemuda harus memiliki kesadaran sejarah sehingga semangat perjuangan bisa terus berkobar.
Bahkan, kata Irwan, perjalanan pemuda dalam memperjuangkan bangsa Indonesia sudah sangat luar biasa dan dimulai jauh sebelum kemerdekaan. Dia menambahkan, bibit-bibit itu sudah dimulai saat merumuskan Sumpah Pemuda.
"Semangat itu yang coba kami tumbuhkan kepada pemuda dewasa ini," lanjut Irwan.
Irwan juga menyinggung soal laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang menyebutkan bahwa indek pembangunan Pemuda (IPP) Jawa Barat berada di 5 provinsi terendah di Indonesia.
Terutama dalam indeks partisipasi pemuda dalam berorganisasi, kepemimpinan dan wirausaha muda.
Irwan mengungkapkan bahwa perjuangan para pemuda masih sangat dibutuhkan bangsa ini.
Namun, formula perjuangan harus bisa menyesuaikan dengan kemajuan zaman yang sangat cepat.
"Adanya stafsus presiden dari kalangan milenial ini sangat positif," ujarnya.
GPII sendiri meluncurkan program Jabarpreneurship for Milenial (Japrem) untuk mengenalkan organisasi. Saat program Japrem diluncurkan di Bandung, animo milenial sangat besar untuk aktif berpartisipasi.
Irwan menyebutkan, kuncinya dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0, pemuda harus memiliki mental entrepreunership.
"Mental entrepreunership bukan berati untuk menjadi pengusaha, melainkan menjadi apa pun, terpenting bagaimana bisa menggali potensi diri kita untuk menjadi modal yang bernilai jual," urainya.
Kunci lainnya adalah kreativitas dan jaringan. Sebab, di era industri 4.0, kreativitas dan jaringan sangat penting.
"Generasi muda harus kreatif. Jangan menunggu tua untuk sukses. Generasi muda juga tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Karena itu GPII siap berkolaborasi dengan para pemuda mengawal pembangunan," tuturnya.
Selain masalah sumber daya manusia (SDM), Indonesia memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang luar biasa. Di antaranya potensi minyak dan gas (migas). Namun, dalam pengelolaannya seringkali bocor karena banyak mafia migas.
"Perhatian presiden pada sektor migas melalui narasinya akan melakukan pembersihan mafia migas, GPII turut mengawal," tegasnya.
Narasumber lainnya, Rahmat J Kardi dari elemen aktivis 98, menyinggung gerakan mahasiswa yang mestinya bisa melakukan perubahan besar. Misalnya, gerakan Reformasi 98, mahasiswa berhasil menumbangkan rezim Orde Baru.
Menurutnya, masih banyak pekerjaan rumah bagi generasi muda untuk perubahan Indonesia di masa mendatang.
"Bagaimana positioning pemuda? Dengan aktif bergerak melakukan perubahan-perubahan nyata," katanya. (jos/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ragil