JAKARTA - Beredarnya kabar yang menyebutkan bahwa PT Graha Layar Prima (GLP) selaku pengelola bioskop papan atas di tanah air ke perusahan grup CJ Korea Selatan, mengejutkan banyak pihak. Tak terkecuali pihak PT Graha Layar Prima (GLP) sendiri.
"Tidak ada pergantian kepemilikan di PT Graha Layar Prima (GLP) sebagai pemilik Blitzmegaplex, maupun di Blitzmegaplex itu sendiri," kata Direktur PT GLP, Brata Perdana dalam rilis yang diterima JPNN, Selasa (9/4).
Menurut Brata Perdana, pihaknya sangat memegang teguh bahwa industri bioskop merupakan bisnis yang dikategorikan dalam Daftar Negatif Investasi (DNI). Karena itu, kata dia, pihaknya sangat menghormati regulasi pemerintah tersebut dan tidak mungkin melanggarnya. "Ini bisa diklarifikasi ke Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia," tambahnya.
Brata mengakui, saat ini manajemen Blitzmegaplex sedang berupaya melakukan pengembangan dan perbaikan kinerja operasional. Dalam upaya itu, sambung dia, pihaknya melibatkan beberapa tenaga ahli dari berbagai negara seperti Singapura, India dan Korea Selatan.
"Hasilnya dalam 5 bulan terakhir, kamis udah membuka bioskop baru di Kota Batam dan Balikpapan. Kami juga akan menambah bioskop baru di Bekasi dan Batam. Sementara di Solo dan Manado sedang dalam tahap pengkajian," urai Brata.
Disebutkan, dalam rencana jangka panjang, GLP akan berencana akan membuka akses ke berbagai kabupaten dan kota yang jumlahnya mencapai 450 dari 497 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Itu dilakukan sebagai respon untuk mennjawab tingginya minat penonton film di tanah air. Ironisnya, jumlah layar bioskop di Indonesia masih sangat sedikit dan hanya terkonsentrasi di kota-kota besar di pulau Jawa.
"Minat masyarakat kita sangat besar. Tahun 2012 tercatat hampir 19 juta penonton bioskop. Ini akan sangat membantu industri perfilman di tanah air," kata Brata lagi.
Selain itu, kata Brata, Blitz juga berencana menggelar berbagai festival film untuk mendukung perfilman nasional. "Blitz juga akan membantu beberapa film nasional untuk diputar di negara lain, sebagai bagian untuk mempromosikan industri film nasional," pungkasnya.(fuz/jpnn)
"Tidak ada pergantian kepemilikan di PT Graha Layar Prima (GLP) sebagai pemilik Blitzmegaplex, maupun di Blitzmegaplex itu sendiri," kata Direktur PT GLP, Brata Perdana dalam rilis yang diterima JPNN, Selasa (9/4).
Menurut Brata Perdana, pihaknya sangat memegang teguh bahwa industri bioskop merupakan bisnis yang dikategorikan dalam Daftar Negatif Investasi (DNI). Karena itu, kata dia, pihaknya sangat menghormati regulasi pemerintah tersebut dan tidak mungkin melanggarnya. "Ini bisa diklarifikasi ke Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia," tambahnya.
Brata mengakui, saat ini manajemen Blitzmegaplex sedang berupaya melakukan pengembangan dan perbaikan kinerja operasional. Dalam upaya itu, sambung dia, pihaknya melibatkan beberapa tenaga ahli dari berbagai negara seperti Singapura, India dan Korea Selatan.
"Hasilnya dalam 5 bulan terakhir, kamis udah membuka bioskop baru di Kota Batam dan Balikpapan. Kami juga akan menambah bioskop baru di Bekasi dan Batam. Sementara di Solo dan Manado sedang dalam tahap pengkajian," urai Brata.
Disebutkan, dalam rencana jangka panjang, GLP akan berencana akan membuka akses ke berbagai kabupaten dan kota yang jumlahnya mencapai 450 dari 497 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Itu dilakukan sebagai respon untuk mennjawab tingginya minat penonton film di tanah air. Ironisnya, jumlah layar bioskop di Indonesia masih sangat sedikit dan hanya terkonsentrasi di kota-kota besar di pulau Jawa.
"Minat masyarakat kita sangat besar. Tahun 2012 tercatat hampir 19 juta penonton bioskop. Ini akan sangat membantu industri perfilman di tanah air," kata Brata lagi.
Selain itu, kata Brata, Blitz juga berencana menggelar berbagai festival film untuk mendukung perfilman nasional. "Blitz juga akan membantu beberapa film nasional untuk diputar di negara lain, sebagai bagian untuk mempromosikan industri film nasional," pungkasnya.(fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Usul Utang Merpati Dikonversi jadi Saham
Redaktur : Tim Redaksi