Grant Thornton Indonesia: Perlu Strategi Tepat Memulihkan Perekonomian

Jumat, 28 Agustus 2020 – 18:26 WIB
Beberapa nilai saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto dok Yessy Artada/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Data Grant Thornton mengungkapkan optimisme ekonomi global menurun 16 poin pada semester pertama 2020.

Indonesia sendiri mengalami penurunan optimisme sebesar 22 poin. Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki prospek optimisme tinggi.

BACA JUGA: Grant Thornton: Optimisme Pebisnis Indonesia atas Keuntungan Usaha Melonjak

Indonesia juga menduduki peringkat keenam secara global walau hanya 50 persen dari pasar bisnis menengah di yang berekspektasi mengalami peningkatan pendapatan dan profitabilitas dalam 12 bulan ke depan.

Advisory Director Grant Thornton Indonesia Marvin E. Camangeg mengungkapkan, jika melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang menghadapi kesulitan dalam memulihkan kembali perekonomian, perlu strategi yang tepat dalam menghadapinya.

BACA JUGA: Grant Thornton Indonesia Revitalisasi Kawasan Pantai Muara

Dia menambahkan, kas menjadi ‘raja’ ketika pendapatan dan profitabilitas mencapai titik terendah.

Menurut dia, saat ini memang tingkat optimisme Indonesia lebih tinggi dibandingkan angka global dan Asia Pasifik dengan rata-rata sebesar 32-34 persen.

“Harapannya dengan banyaknya perusahaan yang terus membangun kapabilitasnya dan tergerak untuk go public menjadi salah satu penggerak pemulihan ekonomi di Indonesia,” kata dia dalam webinar dengan tema Opsi Pendanaan Perusahaan untuk Melewati Masa Pandemi bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 14 Agustus 2020.

Sebelumnya Grant Thornton Indonesia juga sudah mengeluarkan Business Resilience Wheel yang menyebutkan pentingnya komunikasi yang baik dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) sebagai salah satu strategi bertahan suatu perusahaan dengan memiliki opsi pendanaan atau investasi.

Hal ini juga termasuk pertanyaan terhadap penilaian diri untuk memungkinkan perusahaan membangun kemampuan di sekitar perkiraan dan pemantauan kas.

Saham dan obligasi masih menjadi bentuk investasi favorit yang dilirik investor.

BEI mencatat total perusahaan di Indonesia sebanyak 699 yang memiliki saham dan 121 yang memiliki obligasi.

Hanny Prasetyo, Partner & Head of Assurance Grant Thornton Indonesia, menyebutkan setidaknya terdapat 3 keuntungan utama dalam menerbitkan obligasi dari sisi investor.

Yakni, mendapatkan pendapatan bunga secara rutin, mendapat keuntungan atas penjualan obligasi (capital gain), dan juga memiliki risiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan saham.

Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengutarakan, minat perusahaan dan institusi di Indonesia untuk semester kedua tahun 2020 masih tinggi.

Hal ini tecermin dari jumlah pipeline yaitu sebanyak 14 perusahaan di pipeline dibanding tahun lalu pada periode sama sebanyak 12 perusahaan.

Hal ini juga merupakan suatu bentuk kepercayaan dari para Pemilik dan manajemen perusahaan yang menjadikan Bursa sebagai rumah pertumbuhan (house of growth) bagi perkembangan bisnis perusahaan mereka.

“Go public tidak hanya menjadi sumber pendanaan yang menjanjikan untuk mengembangkan Perusahaan, tapi juga mengangkat citra Perusahaan menjadi lebih profesional, transparan, dan akuntabel,” kata dia. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler