Gunung Ciremai Masih Aman

Minggu, 18 November 2012 – 09:51 WIB
KUNINGAN- Kabar yang beredar di masyarakat yang menyebutkan jika Gunung Ciremai sedang aktif, dibantah petugas Pos Pengamatan Gunung Ciremai di Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, Maman. Dia menyatakan, kabar itu menyesatkan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Kondisi gunung tertinggi di Jawa Barat tersebut tetap aman dan tak ada aktivitas yang mengarah ke meningkatnya gunung itu. Sesimograf yang ada di pos hanya mencatat adanya gempa-gempa kecil yang tidak berpengaruh terhadap kondisi gunung.

“Kabar itu tidak benar. Status Ciremai masih sama seperti dulu, karena memang aktivitasnya normal. Kalau ada yang mengatakan Gunung Ciremai sedang aktif, maka itu tidak betul. Kami di sini (Pos Pengamatan Gunung, red) terus mencatat aktivitas gunung. Alat yang dipasang di gunung juga berfungsi dengan baik,” kata Maman yang sudah memasuki masa pensiun kepada Radar (Grup JPNN), Sabtu (17/11).

Karena itu, Maman meminta masyarakat untuk tidak mempercayai kabar yang tidak jelas tersebut. Jika memang membutuhkan informasi terkait perkembangan Gunung Ciremai, pihaknya siap memberikan informasi. “Silakan datang ke pos pengamatan gunung, kemudian lihat trafik gempa yang terjadi di Ciremai. Alat kami setiap detik terus melakukan pencatatan. Datanya ada setiap harinya. Jadi, masyarakat tak perlu resah dengan kabar tidak jelas,” tegas dia.

Berdasarkan data yang diperoleh Radar, selama September dan Oktober, tercatat gempa tektonik jauh jumlahnya berimbang. Begitu juga gempa tektonik lokal, vulkanik A dan vulkanik B, jumlah bervariasi. “Ini gempa biasa dan kerap terjadi di gunung. Bukan untuk dikhawatirkan. Kami selalu mencatat setiap gempa yang terjadi di Ciremai. Paling sering gempa yaitu tektonik jauh,” jelas dia.

Sejauh ini, lanjut dia, kondisi Gunung Ciremai tidak mengalami perubahan. Jika aktivitas Ciremai mengalami peningkatan, maka Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) akan meningkatkan statusnya. Pihaknya juga selalu melaporkan perkembangan Ciremai. “Pemantauan di gunung tetap mengandalkan alat seismograf. Setiap perkembangan di gunung akan terpantau termasuk terjadinya gempa,” tambahnya.

Dari catatan seismograf, gempa tektonik jauh selama September tercatat sebanyak 16 kali dan paling tinggi terjadi 4 September yang mencapai empat kali. Kemudian tektonik lokal sebanyak 9 kali, vulkanik A 3 kali. Peningkatan gempa tektonik jauh terjadi di November. Di bulan ini, ada 26 kali gempa tektonik jauh yakni 11 dan 18 November. “Meski gempa tektonik jauh terjadi cukup banyak, tapi itu sama sekali tidak mempengaruhi kondisi gunung. Artinya, gempa itu terjadi jauh di bawah gunung,” terang dia. (ags)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terima Pungutan Uang dari Kepsek, Bendahara Diknas Dibekuk

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler