Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho merinci letusan itu. Pertama, terjadi pada Sabtu (15/9) malam. Sekitar pukul 20.27 WIT gunung api tersebut meletus untuk kali pertama. "Saat itu, hujan abu terjadi semalaman di bagian timur-selatan Kota Ternate," ujarnya.
Ternyata, letusan itu membawa reaksi lainnya. Tepatnya pukul 13.22 WIT, gunung setinggi 1.715 meter itu kembali meletus. Tidak lama kemudian, pukul 14.15 WIT erupsi lagi dan disertai dengan suara gemuruh sedang. Saat itu, tinggi asap letusan lebih kurang 1.000 m ke arah tenggara-selatan gunung.
Abu bergerak cepat, hanya lima menit setelah letusan terakhir abu sudah sampai di pos pengamatan. Lantas, debu bergerak ke arah selatan Kota Ternate. Pekatnya debu membuat jarak pandang di Kota Ternate terganggu. "Saat itu, jarak pandang hanya sekitar 50 meter," tandas Sutopo.
Terus meningkatnya aktivitas Gunung Api yang sudah meletus sedikitnya 60 kali sejak 1538 itu membuat BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bergerak cepat. Terhitung sejak pukul 14.30 WIT kemarin, Gunung Gamalama langsung dinaikkan statusnya dari Waspada (Level II) ke status Siaga (Level III).
Kepala BPBD Maluku Utara, Arief Armaiyn kepada Jawa Pos mengatakan kalau pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah. Itu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Sebab, aktivitas gunung terus naik dan belum ada tanda menurun. "Kita tidak tahu apa yang terjadi nanti, lebih baik siap-siap," tuturnya.
Selain itu, BPBD Maluku Utara juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk penyediaan masker. BPBD menghimbau agar masyarakat tak keluar rumah terlebih dahulu. Terutama, saat debu masih beterbangan di atas Kota Ternate. (dim/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gamalama Meletus, Ternate Tertutup Abu
Redaktur : Tim Redaksi