Gus Miftah Bertanya, Hasto Beber soal Sarung, Sikap Bu Mega atas Palestina dan PDIP Rumah Islam

Minggu, 31 Januari 2021 – 20:26 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama dai kondang Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah usai perayaan Harlah ke-95 NU di DPP PDIP, Minggu (31/1). Foto: DPP PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Dai nyentrik Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah menjadi pemandu acara pada perayaan Hari Lahir (Harlah) ke-95 Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar DPP PDI Perjuangan, Minggu (31/1).

Pada acara itu, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menjadi salah satu pembicaranya.

BACA JUGA: Pengin Tahu Jumlah Kepala Daerah dari PDIP yang Kader NU? Oh, Banyak

Hasto tampil bersaung merah dan berkopiah. Gus Miftah juga bersarung dipadu jas hitam serta belangkon.

Gus Miftah pun penasaran dengan Hasto yang tampil bersarung di acara yang disiarkan secara langsung melalui YouTube itu.

BACA JUGA: Bamusi PDIP: NU Diharapkan Menyatukan Umat Melawan Covid-19

"Kenapa pakai sarung?" ujar pendakwah berambut panjang itu melontarkan pertanyaan.

Hasto pun langsung menimpali. Pria asal Yogyakarta itu menyebut sarung merupakan bagian dari tradisi Nusantara. "Ini juga bagian dari ciri khas NU," ujar Hasto.

BACA JUGA: Bung Karno di Balik Penemuan Makam Imam Bukhari

Lebih lanjut Hasto mengatakan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri selalu mengajarkan kepada para kader partai berlambang kepala banteng itu untuk menumbuhkan tradisi Nusantara.  Menurut Hasto, hal itu merupakan bagian dari ideologi PDIP.

"Ketika saya masuk ke PDI Perjuangan, betul-betul diajarkan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri dalam setiap kaderisasi, agar kami punya kesadaran ideologis, kesadaran terhadap sejarah," beber Hasto.

Sekjen Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji Nusantara (Senapati Nusantara) itu lantas membeber kedekatan PDIP dengan kalangan NU. Megawati, kata Hasto, pernah menceritakan soal Bung Karno menerima tamu-tamu yang datang bersarung dan bersandal.

Ternyata, tamu-tamu Proklamator RI itu adalah para kiai NU. Di situlah Megawati memperoleh pelajaran dari ayahnya tentang Indonesia dibangun dengan susah payah oleh kaum nasionalis dan religius.

Hasto menambahkan, Megawati juga mengajarkan kepada kader-kader PDIP tentang prinsip semua manusia ialah saudara. Karena spirit kemanusiaan itu pula Megawati mendukung kemerdekaan Palestina.

Megawati ketika menjadi Presiden RI, kata Hasto, secara tegas menolak mendukung serangan Amerika Serikat terhadap Irak. Presiden AS George W Bush pun empat kali menelepon Megawati demi memperoleh dukungan Indonesia.

"Ibu Megawati mengatakan, 'tanpa persetujuan PBB, no (tidak, red)'. Sebab, kemerdekaan adalah hak segala bangsa," tegas Hasto.

Dalam kesempatan itu Hasto juga menegaskan komitmen PDIP terhadap Islam. Menurutnya, PDIP memiliki organisasi sayap bernama Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi).

Hasto menuturkan, pendirian Bamusi tidak terlepas dari para tokoh NU maupun Muhammadiyah seperti KH Hasyim Muzadi, Buya Syafii Ma'arif dan KH Din Syamsuddin. "Visinya (Bamusi, red) mewujudkan Islam Nusantara yang berkemajuan bagi Indonesia Raya," tutur Hasto.

Gus Miftah pun menimpali. "Jadi NU-nya kena, Muhammadiyah kena," ujarnya. "Namanya Baitul Muslimin, jadi rumahnya orang Islam," kata dai asal Yogyakarta itu.(ast/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler