Gus Muhdor: Santri Harus Berhati Makkah, Berotak BJ Habibie

Kamis, 12 September 2019 – 13:14 WIB
Direktur Pendidikan Pondok Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo Gus Muhdor mengajak santri meneladani BJ Habibie. Foto: Ponpes Bumi Sholawat - source for JPNN.com

jpnn.com, SIDOARJO - Kepergian Presiden Ketiga Indonesia BJ Habibie, meninggalkan duka buat seluruh kalangan, termasuk para santri. Kalangan santri memandang BJ Habibie sebagai sosok yang layak diteladani.

Direktur Pendidikan Pondok Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo, Muhdor Ali mengatakan, bagi kalangan santri, Habibie adalah cerminan ideal tentang kegigihan dalam menuntut ilmu.

BACA JUGA: Ribuan Warga Padati Area Pemakaman BJ Habibie

”Dunia santri ini kan dunia yang menuntut ilmu sampai akhir hayat, utlubul `ilma minal mahdi ilal lahdi, atau dalam bahasa di ilmu kependidikan itu long life education. Apa yang dilakukan Pak Habibie sepanjang hidupnya mencerminkan itu. Jadi kami para santri harus meneladani beliau,” ujar Muhdor kepada awk media, Kamis (12/9).

Menurut Muhdor, sains dan teknologi kini mulai menjadi tradisi bagi para santri. Bahkan, upaya mendekatkan sains dan teknologi telah dimulai sejak dari pendidikan dasar. Banyak santri pun menjadikan Habibie sebagai inspirator saat menuntut ilmu.

BACA JUGA: BJ Habibie jadi Presiden Pertama RI yang Dimakamkan di TMP Kalibata

”Sampai-sampai kan di seluruh kalangan santri muncul istilah yang sangat terkenal, yaitu kita harus berhati Makkah, berotak Habibie. Visi keilmuan agama berpadu dengan visi sains serta teknologi, karena memang itu tak bisa dipertentangkan. Agama mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Gus Muhdor, sapaan akrabnya.

”Bukatinya, banyak ayat di alquran yang memerintahkan umat Islam menggunakan akalnya untuk mencermati alam semesta, artinya kita dituntut mempelajari sains dan teknologi. Banyak ayat yang juga disertai pertanyaan afala ta'qilun atau afala tatafakkarun yang artinya tidakkah kamu sekalian berpikir,” imbuh putra KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) tersebut.

Menurut Gus Muhdor, dengan penguasaan sains dan teknologi, para santri bisa membantu masyarakat banyak serta memajukan daerah serta negara. ”Kalau santri kan jelas cinta NKRI, jadi teknologi yang dikuasai pasti untuk kemaslahatan, bukan untuk merongrong negara,” ujar alumnus Ponpes Lirboyo Kediri itu.

Di Ponpes Bumi Sholawat sendiri, ujar Gus Muhdor, sains dan teknologi diperkenalkan secara intens. Berbagai laboratorium berbasis teknologi ada di pesantren tersebut. Lomba sains antar-santri kerap digelar untuk memacu para santri menguasai teknologi.

”Dengan meneladani Pak Habibie, kami ke depan terus memperkuat tradisi sains dan teknologi di kalangan anak-anak muda Sidoarjo dan dari seluruh Indonesia yang mondok di sini. Semoga lahir Habibie-Habibie baru di pesantren dan komunitas pendidikan yang ada di Sidoarjo,” ujar Gus Muhdor yang juga alumnus Universitas Airlangga, Surabaya.

Gus Muhdor juga mengajak seluruh santri melakukan salat gaib serta bertahlil untuk Habibie. Di lingkungan pesantren juga dikibarkan bendera setengah tiang. ”Kami juga sudah mengontak para wali santri untuk bersama-sama mengirimkan alfatihah kepada Pak Habibie,” ujarnya. (*/adk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler