Gus Sholah Meninggal Dunia, Indonesia Kehilangan Salah Satu Permata Bangsa

Senin, 03 Februari 2020 – 08:47 WIB
Aboe Bakar Al Habsy. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ulama karismatik KH Sholahudin Wahid atau Gus Sholah meninggal dunia di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, Minggu (2/2), pukul 20.55.

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, itu sebelumnya dirawat di rumah sakit sejak 31 Januari 2020.

BACA JUGA: Begini Rangkaian Pemakaman Gus Sholah, Ada Perbedaan dengan Gus Dur

"Turut berdukacita yang mendalam. Indonesia kembali kehilangan ulama karismatik KH. Dr. Ir. Sholahudin Wahid. Teriring doa semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah beliau, dan dimaafkan seluruh kekhilafannya. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kelapangan," ucap Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan Habib Aboe Bakar Al Habsy, Minggu (2/2) malam.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera itu mengatakan Indonesia kehilangan salah satu permata bangsa.

BACA JUGA: Ali Masykur Musa: Gus Sholah Teknokrat NU yang Bersahaja

Menurut dia, Gus Sholah adalah ulama sekaligus negarawa n yang sudah banyak memberikan kontribusi untuk bangsa dan negara.

"Tentunya kepergianya membawa duka yang mendalam untuk bangsa ini," ujar Habib Aboe.

BACA JUGA: Jika Prabowo Berpasangan dengan Puan, Inilah Nama-nama Berpotensi jadi Pesaing Terberat

Ia menambahkan, sebagai ulama, cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asyari ini aktif menjadi pengasuh Ponpes Tebu Ireng di Jombang, Jawa Timur.

Menurut dia, setelah belasan tahun Tebu Ireng diasuh Gus Sholah, banyak sekali kemajuan dan perkembangan yang dicapai.

"Tentunya ini membawa dampak yang luar biasa untuk kemajuan masyarakat, utamanya di bidang pengetahuan, ilmu agama dan akhlak," jelasnya.

Selain sebagai ulama, kata Aboe, Gus Sholah dikenal pula selaku aktivis dan tokoh HAM di Indonesia. Gus Sholah pernah menjabat sebagai wakil ketua Komnas HAM sejak 2002.

Selain itu, kata dia, Gus Sholah pernah memimpin tim gabungan pencari fakta (TGPF) kasus kerusuhan Mei 1998, hingga menjabat sebagai ketua Tim Penyelidik ad Hoc Pelanggaran HAM Berat kasus Mei 1998.

"Ini menunjukkan bahwa beliau adalah seorang ulama yang sangat atensi terhadap HAM. Beliau memiliki komitmen yang kuat dalam upaya penghormatan dan penegakan HAM di republik ini," katanya.

Karena itu, Aboe menegaskan keluarga besar PKS merasa sangat kehilangan dengan wafatnya adik Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid itu.

"Kami semua memberikan doa terbaik untuk beliau dan keluarga," imbuh anggota Komisi III DPR Fraksi PKS itu. (boy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler