Hadapi Kekeringan, Pandeglang Terapkan Percepatan Olah Tanam

Rabu, 25 September 2019 – 07:28 WIB
Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan strategi pengamanan produksi untuk menghadapi kekeringan. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, PANDEGLANG - Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan strategi pengamanan produksi untuk menghadapi kekeringan. Mulai dari pemanfaatan pompa, asuransi, bantuan benih, optimalisasi jaringan irigasi, hingga percepatan olah tanah atau tanam. Berbagai strategi itu ditempuh untuk mengamankan produksi pangan.

Gerakan percepatan olah tanah dan tanam padi pernah dilakukan di Kecamatan Cisata, Kabupaten Pandeglang. Pandeglang adalah kontributor beras untuk Banten 34 persen dan 1 persen untuk nasional.

BACA JUGA: Fahri Hamzah: Standing Capaian Sektor Pertanian Sudah Sangat Tinggi

Antisipasi terhadap kekeringan bisa dilakukan dengan gilir giring air, memprioritaskan air pada lahan yang sudah mengalami kekeringan dan melakukan percepatan olah tanah dan tanam.

“Identifikasi sumber air alternatif yang masih tersedia dan dapat dimanfaatkan melalui perpompaan dan irigasi air tanah dangkal,” ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, Selasa (24/9).

BACA JUGA: Mentan Amran Tantang Ahli Agronomi Hasilkan Inovasi Pertanian 4.0

Selain itu, Kementan juga mengidentifikasi sumber-sumber air yang masih dapat dimanfaatkan dan menyalurkannya dengan pompa pada lahan sawah yang masih terdapat standing crop padi.

"Yang diusulkan dari sungai Cilenyer  dengan memanfaatkan pompa. Dibuat long storage yang dapat mengairi pesawahan seluas 400 ha di Kabupaten Pandeglang yang masuk dalam wilayah Kecamatan Cisata, picung dan Patia," sebutnya.

BACA JUGA: Penerapan Teknologi Dongkrak Ekspor Pertanian

Upaya lain, jika terjadi kekeringan tetapi belum puso, akan dicari sumber air, normalisasi saluran, mobilisasi pompa dan koordinasi dengan instansi terkait.

“Jika kekeringan dan tidak bisa tanam padi akan diberi bantuan benih jagung dan kedelai,” tegasnya.

Koordinasi dan pengawalan air dengan cara monitor ketersediaan air di sumber air, harus bisa dilakukan. Dengan mengutamakan jadwal irigasi pada wilayah yang standing crop-nya terdampak kekeringan.

“Selain itu, kami menerapkan dan mengawal gilir-giring air pada daerah irigasi yang airnya terbatas. Serta melakukan penertiban praktik pompa-pompa air ilegal di sepanjang saluran irigasi utama,” tutur Sarwo Edhy.

Selain itu juga dilakukan optimalisasi peranan Brigade Alsintan dalam memobilisasi bantuan pompa air di wilayah yang terdampak kekeringan. Bagi lahan yang masih memiliki ketersediaan sumber air, bila masih memungkinkan, maka ditanami dengan palawija atau aneka kacang.

Kementan juga telah mengeluarkan Informasi Kalender Tanam (KATAM) Musim Tanam Kemarau 2019. KATAM telah terintegrasi dengan prakiraan iklim musim kemarau 2019 oleh BMKG.

“Selain itu, sosialisasi antisipasi kekeringan dan percepatan tanam  juga telah dilakukan di beberapa wilayah yang potensi luas tanamnya cukup besar dan yang menjadi wilayah endemik kekeringan,” katanya.

Monitoring hari tanpa hujan dari BMKG per tanggal 10 September 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sudah tidak mengalami hujan lebih dari 30 hari. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Amran Paparkan Kinerja Pertanian di Kongres Ahli Agronomi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan  

Terpopuler