jpnn.com, ACEH - Pengamat intelijen Suhendra Hadikuntono beserta rombongan mengunjungi Aceh pada Kamis (24/10).
Selain Suhendra, rombongan terdiri atas Marsekal Muda TNI (Purn) Gutomo, pegiat media sosial Rudi S Kamri, Karyudi Sutajah Putra, dan R Wuryanto.
BACA JUGA: Suhendra, Perekat Sabuk Nusantara yang Bekerja dalam Senyap
Tokoh pertama yang ditemui adalah Wali Nanggroe Aceh Tengku Malik Mahmud. Rombongan diterima di Meuligo Wali Nanggroe, Aceh Besar.
"Selain menghadiri hari santri, silaturahmi Aceh ini juga membahas soal situasi di Aceh pascapemanggilan mantan Panglima GAM Muzakir Manaf oleh Komnas HAM," ujar Suhendra.
Dia mengaku merasa perlu menyampaikan bahwa ide pemanggilan tersebut bukan agenda pemerintah atau Presiden Jokowi.
“Sebab, beliau menjunjung tinggi kesepakatan Helsinki, 15 Agustus 2005 antara Pemerintah RI dan GAM. Setelah menerima telepon tentang situasi terkini di Aceh, saya langsung turun. Kita tak ingin Aceh kembali bergejolak," lanjut Suhendra.
Dalam pertemuan yang berlangsung empat jam itu, Suhendra dan rombongan menerima banyak masukan dari Malik Mahmud.
Intinya, Malik sependapat dengan Suhendra bahwa semua pihak hendaknya tidak lagi mengungkit luka lama di Aceh yang sudah terkubur sejak Perjanjian Helsinki, 15 Agustus 2005.
"Mari menatap masa depan, jangan ungkit luka lama," ujar Malik Mahmud. (jos/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ragil