jpnn.com, DEPOK - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menceritakan pengalamannya bertugas sebagai Kapolri. Alumnus Akademi Kepolisian 1987 itu menyebut tugas Kapolri cukup berat.
Tito menyampaikan hal itu dalam Upacara Pisah Sambut Kapolri di Markos Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/11). Pria kelahiran 26 Oktober 1964 itu mengaku menduduki jabatan nomor 1 di Koros Bhayangkasa selama tiga tahun plus tiga bulan sejak 13 Juli 2016 hingga 22 Oktober 2019.
BACA JUGA: Pak Tito Ucapkan Selamat buat Jenderal Idham, tetapi Jadi Kapolri Itu Tak Mudah
"Tugas sebagai Kapolri dirasa cukup berat, tetapi alhamdulillah tiga tahun tiga bulan itu dapat dilalui dengan baik," kata Tito.
Menurut Tito, menjadi Kapolri berarti mengemban jabatan dengan tugas yang kompleks. "Tugas paling kompleks untuk kepala kepolisian di seluruh dunia, (Polri) Terbesar setelah China dengan personel yang besar," katanya.
BACA JUGA: Ketukan Palu Mbak Puan Kukuhkan Idham Azis jadi Pengganti Tito Karnavian
Selain itu, kata Tito, Indonesia sebagai negara penganut sistem demokrasi memiliki penduduk yang mayoritas kalangan bawah. Menurutnya, hal itu menjadikan tugas Polri dalam pengamanan menjadi berat.
"Tantangan yang dihadapi cukup berat, sebagai pengemban utama untuk menjaga stabilitas keamanan, penegakan hukum. Indonesia menganut sistem open democracy, dengan banyaknya low class, tugas menjaga kamtibmas di negara ini tidak mudah," katanya.
Selain itu, Kapolri juga harus melakukan penataan internal di Polri. Tito mengatakan, Kapolri harus menata kehidupan 446 ribu anak buah.
Selama memimpin Polri, Tito menghadapi berbagai agenda penting. Antara lain penyelenggaraan Sidang Umum Interpol pada November 2016 di Bali yang dihadiri 163 kepala kepolisian dari seluruh dunia.
Di era Tito sebagai Kapolri pula kepolisian menghadapi Pilkada Jakarta 2017 yang cukup melelahkan. Selain itu, Polri di bawah kepemimpinan Tito juga harus mengamankan Pemilu 2019 yang menyerentakkan pemilihan calon presiden dan kandidat legislator.
"Masyarakat terpolarisasi, tensinya cukup panas, tetapi alhamdulillah bisa dilalui," katanya.
Pada 2018, Indonesia dipercaya menjadi penyelenggara kompetisi olahraga tingkat Asia, yakni Asian Games 2018 dan Asian Paragames 2018. Masih pada tahun yang sama, Indonesia menjadi tuan rumah The Annual Meetings of the International Monetary Fund di Bali yang dihadiri sekitar 30 ribu tokoh ekonomi dari berbagai belahan dunia.
Namun, pada Mei 2018, Polri menghadapi kerusuhan napi teroris di Rutan Mako Brimob. "Saat itu saya sedang tugas di Yordania, terima kasih kepada jajaran Polri yang turun langsung menangani insiden," katanya pula.
Arkian, pada 2018 pula beberapa daerah dilanda bencana alam. Antara lain gempa di Lombok, tsunami serta likuefaksi di Palu dan Donggala, hingga semong di Selat Sunda.
Tito semasa menjadi Kapolri juga menghadapi berbagai unjuk rasa yang melibatkan mobilisasi massa dalam jumlah besar. Jelang akhir masa jabatan Tito sebagai Kapolri, mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu juga menghadapi gejolak Papua yang menelan korban jiwa.
"Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh personel Polri, pengabdian bayangkara dan bayangkari sejati atas pengabdian pengorbanannya dalam memelihara keamanan," katanya.
Tito lantas berseloroh soal jabatan barunya sebagai Mendagri. Menurutnya, tingkat ketegangan sebagai Mendagri lebih rendah ketimbang saat memimpin Polri.
"Kalau Kapolri stresnya sembilan dari skala satu sampai sepuluh. Sekarang sebagai Mendagri, skalanya 6,5," katanya mengundnag tawa.
Tito pun mengucapkan selamat bertugas kepada Jenderal Idham Azis yang menjadi penggantinya di kursi Kapolri. "Selamat bertugas untuk Pak Idham. Ini amanah dari Tuhan melalui Presiden," katanya.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Antoni