Hadiri World Economic Forum 2024, Sunarso Ungkap Peran Holding UMi untuk Pertumbuhan Inklusif

Rabu, 17 Januari 2024 – 17:37 WIB
Direktur Utama BRI Sunarso hadir dalam gelaran World Economic Forum (WEF) 2024 yang mengusung tema Rebuilding Trust. Foto: dok BRI

jpnn.com, DAVOS - Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan fokus membahas satu tema pemberdayaan UMKM yakni tema 'creating growth and jobs for new era' dalam World Economic Forum (WEF) 2024 yang diadakan di Davos, Swiss pada tanggal 15-19 Januari 2024.

Seperti diketahui, Sunarso hadir dalam gelaran World Economic Forum (WEF) 2024 yang mengusung tema “Rebuilding Trust” dengan empat agenda prioritas yakni terkait keamanan dunia (Achieving Cooperation and Security in a Fractured World), penciptaan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja (Creating Growth and Jobs for New Era), penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk mendorong ekonomi Masyarakat, serta tema keberlanjutan terkait perubahan iklim, alam dan energi (A Long Term Strategy for Climate, Nature and Energy).

BACA JUGA: Sederet Sepak Terjang Sunarso yang Dinobatkan sebagai Maestro CEO of the Year

Adapun dari empat agenda tersebut, tiga topik diantaranya sejalan dengan apa yang selama ini BRI lakukan, tiga topik tersebut diantaranya creating growth & jobs, penggunaan AI, dan strategy for climate, nature and energy. 

Lebih lanjut, Sunarso mengungkapkan sesuai kajian Bappenas (2023), dalam dua dekade ke depan, tepatnya pada 2045 Indonesia akan mencapai usia emas 100 tahun.

BACA JUGA: Sunarso Sebut Penghargaan yang Diterima BRI jadi Pemacu Semangat Berprestasi

Pada 2041, Indonesia diperkirakan dapat menjadi negara berpendapatan tinggi (high income), dengan syarat rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen.

Namun demikian, sesuai dengan yang diungkapkan LPEM FEB UI (2023), karena kondisi perekonomian global yang kurang mendukung, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran lime persen per tahun, pertumbuhan kredit nasional pun tidak lebih dari 15 persen, dan tingkat kemiskinan ekstrem persisten di angka 1,7 persen. 

BACA JUGA: Sunarso: BRI Menanam Wujud Nyata Upaya Berkelanjutan

“Untuk menghadapi itu diperlukan mesin pertumbuhan ekonomi baru agar Indonesia dapat tumbuh lebih cepat yang bersifat inklusif,” ujar Sunarso.

Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Melalui Holding Ultra Mikro

BRI sebagai perusahaan BUMN, memiliki peran sebagai agent value creator dan agent of development. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut secara simultan, maka BRI harus mencetak keuntungan.

“Dengan memperoleh keuntungan atau economic value, maka perusahaan BUMN bisa memiliki modal untuk menciptakan social value sehingga ekonomi akan berputar. BRI sudah membuktikan bahwa selama ini bisa menjalankan peran economic value dan social value secara simultan, salah satunya melalui keberadaan Holding Ultra Mikro yang beranggotakan BRI, Pegadaian dan PNM”, ungkapnya.

Komitmen BRI dalam pemberdayaan UMKM tercermin salah satunya dari kinerja Holding Ultra Mikro, dimana hingga akhir Desember 2023 tercatat sudah 37 juta nasabah peminjam yang terintegrasi. Keberhasilan BRI Group mengintegrasikan nasabah di segmen ultra mikro tersebut berdampak terhadap penurunan jumlah nasabah yang belum mendapatkan akses keuangan formal.

BRI Research Institute pada 2023 mengestimasikan bisnis UMi yang belum mendapatkan pembiayaan formal pun telah menurun dari 30 juta pada 2018, menjadi sekitar 14 juta (dimana 3-6 juta di antaranya tidak terlayani, 4-5 juta lainnya mendapatkan pembiayaan dari teman/keluarga, dan 3-5 juta dari loan shark/rentenir). 

Keberhasilan Holding Ultra Mikro juga diulas oleh Harvard Business Review pada pertengahan Desember 2023 lalu, dimana dalam artikel tersebut dibahas tiga fase utama dalam integrasi UMi, yakni pemberdayaan/empower, integrasi/integrate dan naik kelas/upgrade.

Memberdayakan Pelaku Usaha Wanita di segmen UMi

Di samping itu, dengan adanya sinergi holding UMi, PNM mampu menyalurkan Rp41,57 triliun kepada 15 juta pelaku usaha wanita melalui PNM Mekaar. Apabila dibandingkan dengan Grameen Bank, lembaga pembiayaan di Bangladesh penerima hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2006. 

Grameen Bank dalam situs resminya secara akumulasi telah menyalurkan pinjaman kepada 10,45 juta orang. Sama seperti PNM, mayoritas nasabah lembaga tersebut adalah kalangan perempuan yang mencapai 97 persen.

“Oleh karenanya PNM yang tergabung dalam Holding Ultra Mikro, kini pantas mengklaim dirinya sebagai group lending terbesar di dunia. Hal ini merupakan wujud BRI Group dalam melakukan pemberdayaan kepada wanita prasejahtera (underprivileged women) dan mendukung pencapaian SDGs khususnya yang terkait dengan kesetaraan gender”, jelas Sunarso.

Terkait dengan pemberdayaan pelaku usaha wanita tersebut, Sunarso menuliskan insight-nya dan dimuat di website resmi WEF pada tautan sebagai berikut:  https://www.weforum.org/agenda/2024/01/microfinance-women-indonesia-mekaar/

Economy Sharing Melalui AgenBRILink

Di samping pemberdayaan pelaku usaha ultra mikro, Sunarso menjelaskan bahwa praktik economy sharing juga secara konsisten terus dilakukan oleh BRI melalui keberadaan AgenBRILink. 

Hingga akhir Desember 2023 tercatat BRII telah memiliki lebih dari 740 ribu AgenBRILink.

Dari sisi transaksi, sepanjang 2023 AgenBRILink berhasil mencatatkan volume transaksi sebesar Rp 1.427 triliun dan memberikan fee-based income kepada BRI senilai Rp 1,5 triliun di sepanjang 2023. 

Bagi para Agen, nilai pendapatan yang mereka terima bisa mencapai 2-3 kali lipat yang diterima oleh BRI. Ini adalah bukti nyata bahwa keberadaan BRI mampu memberikan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat.

Penggunaan Artificial Intelligence dalam Transformasi Digital BRI 

Sesuai dengan semangat transformasi digital yang telah dijalankan BRI sejak 2016, saat ini BRI telah mengaplikasikan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam proses bisnis dan operasional perseroan. 

Salah satu produk hasil transformasi digital BRI yakni BRIBRAIN. BRIBRAIN merupakan “pusat otak digital” BRI yang mengkonsolidasikan kapabilitas AI dan analitik, untuk meningkatkan customer engagement, anti-fraud & risk analytics, credit underwriting, hingga automasi untuk smart services & operations.

Sunarso mencontohkan AI Recommendation System yang dimiliki BRI telah diimplementasikan untuk memilih calon nasabah potensial berdasarkan data seperti jumlah simpanan, portofolio pinjaman, demografi dan lokasi. Dampaknya, dengan penggunaan AI mampu meningkatkan conversion rate sebesar 60 persen dan meningkatkan kualitas akuisisi debitur sebesar 49 persen.

Contoh lain adalah pemanfaatan AI pada BRImo, AI digunakan dalam memberikan rekomendasi transaksi serta penawaran produk yang customize sesuai profil nasabah. 

”Pemanfaatan AI tersebut terbukti mampu mengakselerasi kinerja BRImo, dan saat ini BRImo telah menjelma sebagai super apps serba bisa yang telah digunakan oleh 31,6 juta users dengan volume transaksi mencapai Rp 4.158 triliun atau tumbuh 55,8 persen yoy per Desember 2023”, ungkap Sunarso.

Mengedepankan Keberlanjutan Melalui ESG Hingga BRI Menanam

Terkait dengan aspek keberlanjutan, Sunarso mengungkapkan bahwa yang menarik minat peserta WEF adalah hal-hal yang berkaitan dengan isu Environmental, Social and Governance (ESG). Dan ESG ini memiliki peranan penting untuk mendukung keberlanjutan kehidupan manusia serta mendorong tingkat kemakmuran/prosperity.

“Hingga Kuartal III 2023, BRI telah menyalurkan kredit ke sektor Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) sebesar Rp 750,9 triliun, atau sekitar 66,1 persen dari total penyaluran kredit BRI. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 11,9 persen yoy. Dari nominal tersebut, sebesar Rp 669,1 triliun disalurkan ke sektor UMKM, dan Rp 81,8 triliun disalurkan ke sektor Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL)”, tambah Sunarso.

Dari sisi environmental untuk mengatasi perubahan iklim, saat ini BRI memiliki flagship program BRI Menanam. 

Program BRI Menanam ini memberikan bibit tanaman produktif (seperti bibit pohon mangga, durian, alpukat, jambu, jeruk, dsb.) saat nasabah mencairkan kreditnya. Hingga akhir 2023, program BRI Menanam telah berhasil menanam 1,9 juta bibit diseluruh Indonesia, dengan estimasi penyerapan CO2e sebesar 875.013 kgCO2e.

Di samping itu, dalam hal pengelolaan emisi dari operasional perusahaan, Sunarso menjelaskan bahwa BRI telah mengadopsi global standard SBTi (Science-Based Target initiatives), yaitu dengan mengimplementasikan inisiatif yang secara langsung dapat menurunkan emisi yang dihasilkan dari kegiatan operasional maupun bisnis perusahaan, seperti penggunaan kendaraan listrik, pemasangan solar panel, penggunaan teknologi lain yang rendah emisi.

“BRI berkomitmen untuk terus mendorong ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan UMKM dengan ditopang oleh kapabilitas teknologi yang handal, serta berlandaskan asas-asas keberlanjutan baik dalam aspek bisnis maupun operasionalnya untuk memberikan kontribusi value beyond profit”, ungkap Sunarso.

Menutup sharing-nya, Sunarso kembali menegaskan bahwa apa yang menjadi visi, strategi, dan yang dikerjakan BRI telah sejalan dengan agenda prioritas yang menjadi concern internasional pada World Economic Forum.(jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Elvi Robiatul, Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
sunarso   UMKM   Holding UMi   BRI   BRImo   AgenBRILink   Ekonomi  

Terpopuler