jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antarparlemen (BKSAP) DPR RI Achmad Hafisz Tohir menyampaikan perekonomian dunia di tengah era digitalisasi saat ini bergeser menuju green economy.
Dia menegaskan ekonomi suatu negara dengan model konvensional seperti saat ini beralih, bahkan sebagian negara sudah tidak menerapkan lagi.
BACA JUGA: Komisi I DPR Tidak Bahas Isu Disharmoni Saat Rapat Bareng Panglima TNI dan KSAD
“Green economy itu semua yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pembangunan maupun kegiatan-kegiatan produksi yang mana harus berbasiskan pada ekosistem. Artinya, tidak boleh merusak alam dan net zero emission. Selanjutnya, kami sepakat untuk tidak menaikan temperatur 1,5 derajat sehingga harus betul-betul well prepared terhadap kesiapan business plan maupun APBN kita,” tuturnya.
Hafisz menegaskan lembaga keuangan dunia tidak akan membiayai suatu kegiatan atau suatu pembangunan yang tujuannya merusak lingkungan.
BACA JUGA: Hafisz Tohir DPR Berharap Inovasi QRIS Bisa Majukan UMKM
Program green economy segera diadopsi ke APBN pada 2023 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“Dalam delegasi Parlemen di Kabupaten OKI, saya mengimbau mahasiswa dan pemerintahan setempat, kompetisi yang sering terjadi antarpihak harus diubah menjadi kolaborasi,” kata politisi Partai Amanat Nasional ini.
BACA JUGA: DPR Sebut Nadiem Makarim Sumber Kegaduhan Nusantara, Duh, Kasihan Mas MenteriÂ
Hafisz ingin masyarakat peka terhadap perubahan yang dimulai saat ini. Kreativitas, inovasi, serta kesiapan yang matang sangat penting ditanamkan sejak dini.
Dia menjelaskan digitalisasi itu bekal yang harus ditembus dan dikuasai, khususnya oleh generasi muda.
“Pastinya kita harus meningkatkan kreativitas. Jadi, kalau tidak membuat suatu produk atau kegiatan, kita tidak dapat bersaing dengan negara lain. Selain kreativitas, harus ada inovasi. Kita sepakat melakukan hilirisasi industri, artinya kegiatan hulu tidak bisa lagi dilepas begitu saja,” tegasnya.
Hafisz berharap Indonesia dapat siap dengan digitalisasi ini. Penting sekali baginya untuk memaparkan bahwa digitalisasi itu menjadi salah satu hal yang harus diterobos dan dikuasai supaya generasi muda mempunyai pengetahuan pada perangkat-perangkat digital dan sistem transformasi.
“Di dunia ini yang semakin hari kita rasakan semakin berat dan menunjukkan bahwa tekanan ekonomi dunia melahirkan ketidakharmonisan antarnegara. Kita sudah melihat Taiwan dan China menegang, Korea Utara dan Korea Selatan terus berselisih. Indonesia harus siap terhadap kemungkinan tersebut bahwa akan terjadi perubahan yang luar biasa,” katanya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi