Hampir 7 Tahun Jaga Kamar Mayat, Ranjang Pernah Digoyang-goyang…Hiii

Kamis, 03 Agustus 2017 – 00:05 WIB
Sriadi di kamar mayat. Foto: Lombok Pos/JPNN.com

jpnn.com - Sriadi sudah hampir tujuh tahun menjadi penjaga Instalasi Pemulasaran Jenazah (IPJ) atau yang biasa disebut kamar mayat. Baginya, melihat dan memegang mayat sudah menjadi hal biasa baginya. Berikut kisahnya.

Fatih Kudus Jaelani, Mataram

BACA JUGA: Ricky, Si Jago Komputer Meninggal di Kamar Kos

Mendengar kata kamar mayat, pikiran banyak orang pasti tertuju ke sebuah tempat di sudut paling ujung sebuah rumah sakit. Ruangan itu biasanya sempit dan menyeramkan.

Namun tidak dengan kamar mayat di RSUD Kota Mataram, NTB. Di sini, kamar mayatnya lebih modern. Tempatnya juga tidak menyeramkan.

BACA JUGA: Seperti Inilah Perdebatan Ayah dan Ibu Yana Zein sebelum Pemakaman

Di tempat inilah Sriadi tiap hari bertugas. Hampir tujuh tahun sudah dia di sana. Ini artinya, ia menjadi penunggu kamar mayat sejak RSUD Kota Mataram mulai beroperasi 2010 lalu.

Saking lamanya di sana, pria berusia 42 tahun itu sudah tidak takut lagi melihat mayat. Karena, yang dia tangani sudah bermacam-macam kondisinya. Mulai mayat masih utuh hingga mayat korban kecelakaan yang badannya remuk.

BACA JUGA: Misterius! Satu Keluarga Tewas, Jenazah Terpisah di Tiga Irigasi

“Kalau dulu pertama bertugas di sini, jantung saya berdebar-debar waktu melihat jenazah yang berlumuran darah,” kata Sriadi saat ditemui Lombok Post (Jawa Pos Group), kemarin.

Meskipun sempat takut, Sriadi bersyukur karena ketakutannya tidak pernah terbawa sampai ke rumah.

“Dulu, pernah suatu malam, ketika saya sedang tidur, pernah diganggu. Waktu itu ranjang saya digoyang-goyang. Saya langsung bangun, tapi tidak bisa ngapa-ngapain,” tutur bapak satu anak itu.

dr Ni Putu Sasmita Lestari, Sekretaris IPJ yang juga rekan kerja Sriadi di Kamar Jenazah mengatakan, Sriadi setiap hari minimal mengurusi empat jenazah.

Jumlah jenazah untuk bulan Juli lalu yang masuk IPJ tercatat ada 90 jenazah. “Tugas Pak Sriadi sekarang lebih mudah jika dibandingkan dulu, sekarang sudah lengkap, ada petugas dan sopir,” jelasnya.

Dulu, Sriadi bisa dikatakan bekerja sendiri mengurus jenazah di RSUD Kota Mataram. Mulai dari kedatangan hingga masuk mobil ambulans untuk dibawa ke rumah keluarga jenazah tersebut.

“Kalau dia (Sriadi) tidak ada di sini, kami merasa kehilangan. Dia sosok yang baik dan sepuh di sini,” tambah dr Tari.

Sriadi dikenal sebagai sosok baik dan murah senyum. Ia sering diguyonin sama teman-temannya di RSUD Kota Mataram. Terutama oleh para petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD).

“Ada guyonan teman-teman di rumah sakit ini, saya dilarang lewat IGD. Kata mereka saya seperti mencari jenazah saja,” tutur Sriadi sambil tersenyum.

Sayangnya, hingga masuk tahun ketujuh bekerja di RSUD Kota Mataram, Sriadi masih belum tercatat sebagai pegawai tetap. Hingga saat ini dia terhitung karyawan kontrak. “Saya berharap bisa jadi karyawan tetap di sini,” ungkapnya.

“Saat ini, kontrak saya diperbaharui setiap tahun,” imbuh pria berkacamata ini. (*/R5)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anies Pimpin Salat Jenazah Adik Kandungnya


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler