Meskipun belum ada kepastian secara resmi, kemungkinan besar hari raya idul adha tahun ini jatuh pada 26 Oktober. Namun, Kemenag masih menunggu hasil sidang isbat yang rencananya akan dipimpin langsung oleh Menag Suryadharma Ali.
Berkali-kali Menag Suryadharma menuturkan akan tetap mengundang seluruh ormas Islam di seluruh Indonesia. Ini dilakukan untuk menghindari adanya potensi perbedaan sikap dalam penentuan hari-hari penting dalam kalender Islam. Pihak Kemenag berharap, dalam penetapan hari raya idul adha ini tidak ada perbedaan seperti saat penetapan awal puasa lalu.
Prediksi jatuhnya idul adha yang kompak sudah diutarakan oleh peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Thomas Djamaluddin. Dalam paparan yang dia kirim lewat email, Thomas memastikan jika penetapan hari raya idul adha tahun ini tidak akan ada perbedaan. Terutama antara penetapan versi Muhammadiyah dengan versi pemerintah yang juga sering menjadi acuan NU.
Dia menjelaskan jika selama 1433 H hanya ada perbedaan dalam penetapan awal bulan. Yaitu penetapan 1 Muharram, 1 Rabiul Awal, 1 Jumadil Akhir, 1 Ramadhan, dan 1 Dzulqaidah. "Penetapan 1 Dzulhijjah (yang menjadi acuan penetapan idul adha, red) tidak termasuk dalam penetapan yang berbeda tadi," paparnya.
Menurut Thomas, penetapan idul adha baru berpotensi mengalami perbedaan antara Muhammadiyah dengan pemerintah atau NU pada 1435 H/2014 M nanti. Thomas mengatakan, terus munculnya potensi perbedaan penetapan bulan dalam kalender hijriyah ini karena masih munculnya dua sistem penetapan kalender Islam yang ada di Indonesia.
Dua sistem itu adalah wujudul hilal atau hisab yang digunakan Muhammadiyah dan sistem imkanul rukyah yang dipakai pemerintah. Jika ingin menyeragamkan penetapan bulan pada kalender hijriyah, dianjurkan semua ormas dan pemerintah kompak menggunakan derajat hilal lebih dari 4 derajat. Sehingga potensi penetapan kalender Islam yang sering tidak kompak bisa dihilangkan. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dituding Tak Nasionalis, Pengurus PBNU Geram
Redaktur : Tim Redaksi