jpnn.com, JAWA TENGAH - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan intervensi terhadap sejumlah sektor, yang terdampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu.
Intervensi yang dilkakukan antara lain operasi pasar, subsidi harga dan subsidi transportasi.
BACA JUGA: Bansos Perlu Dikawal Agar Tepat Waktu dan Sasaran
Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, seusai mengikuti rapat koordinasi secara virtual terkait pengendalian inflasi daerah, Senin (12/9).
Ganjar mengatakan, sesuai arahan Presiden Jokowi, dari 2 persen Dana Transfer Umum (DTU) senilai Rp 2,17 triliun, subsidi transportasi menjadi kewajiban setiap kepala daerah untuk menutup biaya transportasi. Sebab, penyesuaian harga BBM akan langsung berdampak pada tarif angkutan pengangkut barang dan jasa.
BACA JUGA: Ribuan Ulama Banten Kepincut Program Jogo Santri dan Kiai dari Ganjar Pranowo
Oleh karena itu, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah terus berupaya mengurangi beban masyarakat pasca-penyesuaian harga BBM.
Salah satunya dengan subsidi transportasi untuk mengurangi biaya pengiriman dari penyalur komoditas seperti petani, pelayan dan peternak, sehingga harga pengiriman bisa ditekan dan tidak berpengaruh pada pedagang.
BACA JUGA: Perkuat Layanan, Jamkrindo Resmikan Kantor Baru di Bandung
"Daerah mesti melakukan tindakan intervensi. Pertama bisa dengan operasi pasar, bisa subsidi harga, bisa juga dengan subsidi transportasi. Subsidi transportasi ini penting untuk dihitung, apakah adanya subsidi transportasi itu bisa menekan harga," tutur Ganjar.
"Maka kalau ada kenaikan, jangan sampai kenaikan itu ditambah naiknya ongkos transportasi. Maka tugas kami menghitung secara detail dan memastikan seluruh potensi anggaran yang bisa dipake untuk intervensi, kita lakukan," sambung Ganjar.
Ganjar memaparkan, selain anggaran 2 persen dari DTU, terdapat dana tak terduga (DTT) dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Tengah senilai Rp 500 miliar yang dapat digunakan untuk melakukan intervensi terhadap sektor-sektor yang berpotensi menjadi pemicu tingkat inflasi.
"Tadi BI menghitung dana tak terduga seluruh kabupaten kota di Jawa Tengah itu sampai bulan ini kalo diakumulasikan kurang lebih 70 persen dari yang tersedia itu sekitar Rp500 miliar. Ini bisa kita pakai untuk intervensi potensi yang bisa bikin kenaikan harga dan berdampak inflasi," ucap Ganjar.
Pemprov Jawa Tengah juga melakukan usulan dana perlindungan sosial atau bantuan sosial (bansos) sebesar Rp 24 miliar dari APBD dalam penanganan dampak inflasi.
Dana program bansos ini akan diberikan kepada kelompok masyarakat yang terdampak langsung.
Adapun rincian penyaluran bansos tersebut yaitu dalam bentuk program subsidi nelayan sebesar Rp 4,7 miliar, program bantuan bagi industri pelaku usaha/IKM pangan Rp 905 juta, bansos untuk kru angkutan umum dan ojek online Rp 12,7 miliar dan program bantuan bahan bakar kendaraan wisata lingkungan daya tarik wisata Rp 720 juta.
Selain itu, juga disalurkan program bantuan bagi pengguna alat mesin pertanian sebesar Rp 950 juta, program subsidi bahan bakar produk peternakan Rp 560 juta, bantuan bagi pengelola penggilingan padi Rp 220 juta, program bantuan pelaku usaha distribusi pangan Rp 2,4 miliar dan bantuan BBM bersubsidi pengolahan kayu senilai Rp 1,3 miliar.
"Butuh sosialisasi kepada pelaku di pertanian, perikanan, UMKM, transportasi dan pariwisata untuk kami hitung dan kami intervensi dalam waktu pendek. Maka minggu-minggu ini kami akan lakukan aksi di lapangan," ungkap Ganjar.(chi/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... OK Bank Berkomitmen Tingkatkan Layanan Perbankan
Redaktur & Reporter : Yessy Artada