BOGOR-Memasuki hari keempat Ramadan, sejumlah kebutuhan bahan pokok semakin melonjak harganya. Kenaikan tersebut menjadi polemik baru bagi para ibu rumah tangga serta pedagang.
Pantauan Radar Bogor (Grup JPNN) di beberapa pasar tradisional, harga cabai rawit melambung cukup tinggi. Sebelumnya cabai rawit dihargai 16.000/kg kini menjadi Rp26.000/kg, cabai teropong dari harga 18.000/kg menjadi Rp24.000/kg, cabai keriting Rp20.000/kg menjadi Rp24.000/kg.
Selain cabai, gula pasir kualitas baik juga merangkak naik dari harga Rp12.000/kg menjadi Rp13.500/kg, disusul ninyak goreng kualitas baik Rp16.000/kg menjadi Rp18.000/kg, dan telur ayam Rp16.000/kg menjadi 17.500/kg.
Edim (35), salah satu pedagang sayuran di Pasar Baru Bogor mengaku, kenaikan harga sembako saat ini disebabkan oleh pendistribusian yang terkadang tidak lancar, sehingga stok barang sulit diprediksi. “Biasanya kan ketahuan Mbak berapa yang dikirim, sehingga untuk menjualnya pun kita bisa atur. Nah, kalau sekarang tidak bisa seperti itu, harganya berubah-ubah, ya diusahakan supaya tidak rugi,” ungkapnya.
Selain itu, para tengkulak pun tidak mau ambil pusing dengan penjualannya, sehingga para penjual harus memutar otak agar dagangannya tetap laku dan tidak ditinggalkan langganannya. “Sebisa mungkin kita tetap jaga kualitasnya, kalau pembeli kan maunya yang bagus tapi murah. Kadang ada juga yang tidak mau mengerti dan tetap bertahan dengan harga lama,” jelas Edim.
Salah satu pembeli asal Sukasari, Uti, mengaku kenaikan seluruh harga sembako ini dirasakan setiap tahunnya. “Seolah sudah menjadi tradisi saja jika bulan puasa semua harga sembako naik, alasannya pun tidak masuk akal,” keluhnya.
Akibat kenaikan itu, kebutuhan selama puasa pun menjadi dua kali lipat. “Soalnya kan, kita masak dobel selama puasa, pas buka dan saat sahur,” imbuh Uti.(ram)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BTN akan Bagikan Deviden Sebesar Rp250 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi